Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka yang Bersandar Hidup di Jalur Pantura

Kompas.com - 24/08/2012, 13:47 WIB

KOMPAS.com - Casmini (30) bergegas menyelinap masuk ke dalam bus ekonomi jurusan Tegal-Jakarta yang baru saja keluar dari halaman sebuah rumah makan di Indramayu, Jawa Barat. Di atas bus yang melaju, perempuan berbadan mungil yang membawa kotak musik seberat 15 kilogram itu lalu berdendang.

Kakang kulane melu/ najan digawa ning leng yuyu/ Cinta kulane cinta/ rak perduli wong ngomong apa/ (Kakang aku ikut kamu/ mesti harus dibawa ke sarang kepiting/ Cinta aku cinta/ tidak peduli orang lain bicara apa)

Lagu dangdut berbahasa Cirebon khas pantura berjudul ”Leng Yuyu” yang dinyanyikan Casmini membahana di seluruh bus dan sontak disambut tawa riang para penumpang. ”Ayo wong ganteng pilih lagu apa. Ditunggu sawerannya, ya,” ucap Casmini coba menggoda para penumpang.

Penumpang yang kebanyakan laki-laki ini pun mulai tersipu. Coke (20), salah seorang penumpang yang terus memandang Casmini, sambil tersenyum, kemudian merogoh kantongnya. Dia menjulurkan tiga lembar uang Rp 5.000 ke genggaman tangan Casmini.

Layaknya biduan, Casmini lalu mendendangkan lagu berikutnya. Lagu demi lagu berlalu dan Coke sudah merogoh lebih dari Rp 30.000 untuk diberikan kepada Casmini. ”Lumayan, jadi ada hiburan di dalam bus,” ujar Coke, pria asal Cirebon yang sehari-hari menjadi nelayan di Muara Angke, Jakarta Utara.

Selain Coke, penumpang lain juga sesekali berteriak minta lagu kepada sang biduan diikuti sawerannya. Casmini kemudian memilih daftar lagu dari telepon seluler merek China miliknya yang tersambung ke kotak musik. ”Sing kerep nyawere, ayo (Yang sering nyawer-nya),” seru Casmini.

Seusai mengamen, Casmini kemudian turun di Pasar Ciasem, Sukamandi. Dengan membawakan sekitar delapan lagu di dalam bus, dia memperoleh penghasilan Rp 90.300. ”Ini bus pertama saya hari ini, biasanya saya naik tiga sampai empat bus sehari,” ungkap Casmini yang mengenakan baju merah marun, gincu merah, dan maskara biru saat mengamen siang itu.

Pengamen karaoke. Begitulah julukan para pengamen di jalur pantura seperti Casmini yang menyanyi menggunakan kotak musik dengan pengeras suara berdiameter 10 inci. ”Alat ini saya sewa Rp 15.000 per hari,” kata ibu empat anak ini.

Setiap hari, Casmini berangkat dari rumahnya di Desa Larangan, Kecamatan Lohbener, Indramayu, pukul 10.00 dengan menumpang bus. Dia bersama belasan pengamen lain memangkal di sebuah restoran di Eretan Kulon dan pulang menjelang maghrib.

Rata-rata penghasilannya Rp 50.000 per hari. Namun, terkadang Casmini bisa membawa pulang uang hingga Rp 150.000 saat banyak penumpang yang menyawer seperti yang dialaminya Sabtu itu. ”Kalau lima hari sebelum Lebaran, saya malah bisa dapat Rp 300.000- Rp 400.000 per hari. Tapi, ya, pulang ke rumahnya sampai jam 10 malam,” ucap Casmini yang sudah sembilan tahun mengamen.

Penopang hidup

Saat ini, suaminya bekerja sebagai tukang ojek dengan penghasilan rata-rata Rp 15.000 per hari. Tak pelak, Casminilah yang justru jadi penopang hidup keluarga. Dengan penghasilannya saat ini, perempuan yang hanya lulusan SD ini bertekad menyekolahkan anak-anaknya minimal bisa lulus SMP.

Pengamen karaoke lain, Cakra (32), bernasib tak jauh berbeda dengan Casmini. Bapak dua anak ini berpendapatan rata-rata Rp 40.000 dari mengamen seharian. Dia mengaku tak punya pilihan lain untuk mencari nafkah.

Istrinya hanya berjualan mainan dengan pendapatan Rp 20.000-Rp 30.000 per hari. ”Apa yang kami dapat ini memang masih sedikit. Untung anak saya sekolahnya gratis,” kata Cakra yang sudah tujuh tahun mengamen.

Casmini dan Cakra berharap arus mudik dan arus balik Lebaran kali ini dapat mendatangkan rezeki tambahan yang mereka gunakan untuk membelikan anak-anak baju Lebaran. Bagi mereka, penghasilan lebih ini layaknya tunjangan hari raya (THR) yang datang sekali dalam setahun. (HARRY SUSILO)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com