Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kering, Tiga Gunung Terbakar

Kompas.com - 23/08/2012, 02:30 WIB

 

Jakarta, Kompas - Musim kemarau saat ini memicu kebakaran hutan dan lahan di Gunung Papandayan, Tampomas, dan Sindoro. Pemadaman tidak bisa menggunakan hujan buatan dan harus dilakukan secara manual.

Kebakaran terjadi di hutan wisata di Gunung Papandayan, 30 kilometer barat daya kota Garut, Jawa Barat, tepatnya di Blok S Cipanas, Kecamatan Cisurupan. Kebakaran yang terjadi mulai Selasa pagi itu hingga Rabu sore kemarin masih terjadi.

Kebakaran sejak Selasa pukul 11.00 itu mengagetkan wisatawan. Pemadaman dilakukan beramai-ramai secara manual karena pemadam tidak bisa masuk kawasan puncak gunung.

”Berdasarkan pantauan kemarin sore, ada 15 hektar areal hutan yang terbakar. Kemungkinan bertambah karena titik api menyebar,” kata Kepala Seksi Wilayah V Balai Konservasi Sumber Daya Alam Garut Teguh Setiawan di Garut, Rabu (22/8).

Pemadaman terus dilakukan secara manual. Selain menggunakan air, dilakukan teknik sekat bakar. Mekanismenya, menutup titik api dengan kayu yang belum terbakar agar tak menyebar.

Menurut Kepala Sub-Seksi Humas Perhutani Unit III Jawa Barat-Banten Dadang PH, tak ada korban jiwa dalam kebakaran pada ketinggian sekitar 2.000 meter di atas permukaan laut itu.

Di kawasan puncak Gunung Sindoro, Jawa Tengah, tahun ini sudah tiga kali terjadi kebakaran. Kini, kawasan pada ketinggian 3.000 meter di atas permukaan laut itu mengering.

Administratur Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan Kedu Utara Iwan Setiawan mengungkapkan, salah satu upaya mengurangi potensi kebakaran adalah mengurangi aktivitas masyarakat di puncak. Caranya, menutup jalur pendakian, yang baru akan dibuka setelah musim hujan tiba.

Penutupan jalur pendakian juga dilakukan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Kementerian Kehutanan menutup jalur pendakian selama Agustus 2012 yang merupakan bulan terkering.

 

Arief Yuwono, Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup, mengatakan, potensi kebakaran di ketiga gunung ini telah terdeteksi sistem penilaian bahaya kebakaran (FDRS). Analisisnya telah dikirim ke Badan Lingkungan Hidup Daerah setempat untuk disebarkan ke instansi terkait, termasuk pengelola wisata.

Hujan buatan

Salah satu upaya mencegah dan memadamkan kebakaran hutan dan lahan adalah pembuatan hujan buatan. Persoalannya, syarat terjadinya hujan buatan itu belum terpenuhi, yakni ketersediaan awan kumulonimbus.

”Ketersediaan awan saat ini terbatas di Jawa,” kata Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Namun, musim kemarau yang sangat kering tak memungkinkan tumbuhnya awan hujan.

Pesawat pembuat hujan buatan pun masih dikonsentrasikan di Riau mengantisipasi asap kebakaran saat Pekan Olahraga Nasional serta di Kalimantan Barat yang paling rawan titik api.

Selain itu, lanjut Sutopo, skala kebakaran juga masih lokal. Oleh karena itu, penanganan pemadaman dilakukan petugas kehutanan, masyarakat, dan badan penanggulangan bencana daerah.

Berdasarkan laporan BMKG Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor, Agustus merupakan bulan terkering. Prakiraan intensitas curah hujan rendah di sebagian besar wilayah di Jabar, antara lain di Cianjur dan Sukabumi (21-50 mm) serta Bogor (51-100 mm). (ICH/DMU/EGI/CHE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com