Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

487 Tahun Sudah Tradisi Itu Diteruskan...

Kompas.com - 16/08/2012, 06:20 WIB

OLEH ADI SUCIPTO KISSWARA

Ini bukan sembarang kolak karena tidak terbuat dari pisang, labu, atau ketela. Kolak ini terbuat dari ayam kampung, gula merah, jinten, daun bawang merah, dan santan kelapa. Yang memasak pun harus laki-laki. Tradisi kolak ayam di Desa Gumeno, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, telah berlangsung selama lima abad. Kolak ayam awalnya berfungsi sebagai obat. 

Tradisi kolak ayam sekaligus menjadi warisan dari kekayaan budaya bangsa di Nusantara dan hingga kini sudah berlangsung 487 tahun. Tradisi itu juga merekatkan kebersamaan, khususnya saat berbuka puasa di hari ke-22 atau malam ke-23 setiap Ramadhan.

Ratusan warga sekitar serta dari luar kota, seperti Lamongan, Surabaya, Tuban, Bojonegoro, Sidoarjo, dan Kediri, yang penasaran biasanya sudah berkumpul di Masjid Jami’ Sunan Dalem Desa Gumeno sejak pukul 16.00. Ramadhan tahun ini tradisi itu berlangsung pada Sabtu (11/8) lalu.

Jika dulu kolak ayam disajikan dalam piring, kini untuk kepraktisan panitia mengemasnya dalam plastik ditambah ketan putih, kurma, dan air putih. Panitia membagi satu paket kolak ayam saat warga masuk masjid sambil menunggu waktu berbuka. Begitu beduk ditabuh dan azan maghrib dikumandangkan, warga pun menyantap kolak ayam yang dibagikan. Rasanya manis legit, aroma jinten, gula merah, dan daun bawang sangat terasa.

Tahun ini, panitia memasak 223 ayam, meningkat dibandingkan dengan tahun lalu yang hany 175 ayam kampung. Bahan lain yang digunakan adalah 600 butir kelapa, 1,5 kuintal daun bawang merah, 400 kg gula merah, dan 30 kg jinten.

Menurut Ketua Masyarakat Pencinta Sejarah dan Budaya Gresik Kris Aji, kolak ayam potensial dikembangkan sebagai kuliner lokal rasa global. Kolak ayam bukan hanya sebagai obat atau bagian dari budaya Gresik, melainkan juga merupakan kekayaan bangsa.

Ia mencontohkan nasi krawu khas Gresik. Saat ini, ada yang mengembangkannya menjadi burger krawu, bahkan sudah ada cabang di Surabaya dan rencananya dikembangkan di Yogyakarta dan Jakarta. Kolak ayam bisa saja dimasyarakatkan dan dikembangkan dalam bentuk kuliner, bukan hanya untuk kebutuhan tradisi ritual tahunan saat Ramadhan, melainkan juga bisa menjadi potensi ekonomi.

”Namun, tradisi sanggringan-nya di Gumeno tetap harus dipertahankan, seperti yang masak harus laki-laki. Kita harus gali budaya tradisi menjadi ikon baru. Bukan hanya melestarikannya, melainkan juga mengembangkannya. Kalau bisa, kolak ayam, dari tradisi lokal bisa menjadi mengglobal,” ujar Kris.

Tradisi lima abad

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com