Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukan Konflik Etnis dan Agama

Kompas.com - 11/08/2012, 09:06 WIB

NAYPYIDAW, KOMPAS.com - Presiden Myanmar Thein Sein menegaskan, insiden yang melibatkan warga etnis minoritas Rohingya di Negara Bagian Rakhine tak ada kaitan dengan konflik etnis dan agama, tetapi tindak kriminal biasa. Dia menyadari, amat berbahaya jika isu agama telah muncul.

Ketua Palang Merah Indonesia Jusuf Kalla menjelaskan hal itu seusai bertemu Thein di kantor Presiden Myanmar di Naypyidaw, ibu kota baru negara itu, Jumat (10/8). Kalla didampingi, antara lain, Asisten Deputi Sekretaris Jenderal OKI Atta El-Manan Bakhit dan Duta Besar RI untuk Myanmar, Sebastianus Sumarsono.

”Presiden Thein Sein menjelaskan tentang kejadian di Rohingya, khususnya yang dimulai pada Juni tahun ini. Dimulai dengan kasus kriminal di antara beberapa anak muda. Lalu, ada aksi saling balas, yang dengan cepat menjadi besar,” kata Kalla, seperti dilaporkan wartawan Kompas, Pascal S Bin Saju, dari Naypyidaw.

Thein Sein mengatakan, pertikaian di antara kedua kelompok itu menyebabkan lebih dari 70 orang tewas. Menurut dia, dibandingkan kasus sektarian di negara lain, konflik di Rakhine ini tidak terlalu besar.

”Saya mengatakan, itu benar. Saya juga mengatakan, kasus ini sama dengan kasus di Indonesia, yakni di Ambon. Bahkan, jumlah korban di Ambon jauh lebih besar. Tetapi, saya mengatakan, berbahaya jika kasus itu menjalar ke konflik agama,” kata Kalla.

Karena kasus Rohingya itu telah menjalar ke konflik agama, kata Kalla, harus segera diatasi bersama-sama. ”Presiden Thein Sein memberikan apresiasi kepada Indonesia yang peduli mencari jalan damai atas konflik Rohingya,” tutur Kalla.

Thein Sein juga menjelaskan, saat ini ada 60.000 pengungsi di Sittwe, ibu kota Negara Bagian Rakhine. Mereka ditangani dengan baik berkat bantuan PBB, lembaga asing lain, termasuk Indonesia, Turki, dan negara Islam lain

Menurut Thein Sein, Myanmar sangat senang dan terbuka menerima bantuan terkait kasus Rohingya. Myanmar juga siap menyalurkan bantuan itu kepada kelompok masyarakat yang menjadi korban.

Menurut Kalla, dari penjelasan tersebut terungkap bahwa Myanmar tak tertutup terhadap bantuan asing seperti yang diisukan selama ini. Thein Sein bahkan memberi akses kepada Kalla dan rombongan untuk mengunjungi wilayah konflik di Rakhine, Sabtu (11/8) ini, untuk melihat fakta lapangan yang sebenarnya.

Thein Sein juga meminta pandangan dan pendapat Kalla bagaimana supaya konflik itu tidak berlanjut dan berakhir damai.

”Saya katakan, berdasarkan pengalaman kita, kehidupan masyarakat yang terlibat konflik harus diharmoniskan, disatukan lagi,” kata Kalla. Penyaluran bantuan, misalnya, harus menyentuh semua pihak yang bertikai.

Didesak bersikap

Organisasi hak asasi manusia, Human Rights Watch (HRW), mendesak pejuang demokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi, bersikap tegas dan memainkan peranan dalam mencari solusi masalah Rohingya.

Dalam paparan kepada wartawan di di Perpustakaan Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Jumat, Wakil Direktur Asia HRW Phil Robertson menyayangkan sikap diam Suu Kyi selama ini dalam persoalan Rohingya itu.

Ia menyarankan agar Suu Kyi memanfaatkan posisinya sebagai anggota parlemen untuk mengusulkan amandemen seluruh produk aturan hukum yang merugikan etnis minoritas di Myanmar, dimulai dari produk UU Kewarganegaraan Myanmar tahun 1982 yang bersifat diskriminatif.

”Akar masalah ada di UU Kewarganegaraan Myanmar tahun 1982, yang jelas-jelas mendiskriminasi warga Rohingya,” tegas Robertson.

Ia juga mendesak ASEAN dan OKI menekan Pemerintah Myanmar menuntaskan persoalan secara transparan dan mendesak Banglades mengizinkan kembali badan-badan kemanusiaan internasional beroperasi membantu para pengungsi Rohingya. (DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com