Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warganya Tertembak, di Mana Pak Bupati?

Kompas.com - 03/08/2012, 22:46 WIB
Irene Sarwindaningrum

Penulis

PALEMBANG, KOMPAS.com --- Sejumlah pihak mempertanyakan keberadaan Bupati Ogan Ilir Mawardi selama konflik lahan merundung warganya hingga berakhir dengan bentrokan dengan  polisi yang menewaskan satu anak-anak Angga bin Darmawan (12) dan melukai setidaknya empat warga lainnya.

Selama konflik lahan memanas dalam tiga bulan terakhir, Bupati yang menjalani periode kedua kepemimpinannya itu tak pernah muncul di hadapan masyarakat. Konflik tersebut terjadi antara warga 21 desa di Kabupaten Ogan Ilir (OI), Sumatera Selatan, dengan PTPN VII Cinta Manis yang berada di kabupaten yang sama.

Beberapakali pertemuan digelar antara warga dengan PTPN VII Cinta Manis, namun Bupati Mawardi tak pernah muncul dengan berbagai alasan. Pertemuan hanya dihadiri DPRD Ogan Ilir dan beberapa pejabat Pemerintah Kabupaten Ogan Ilir.

Wakil Gubernur Sumatera Selatan Eddy Yusuf mengatakan, bupati seharusnya bertanggungjawab moral secara langsung terhadap masalah yang dihadapi warganya. Apalagi, seorang anak-anak tewas dalam peristiwa kekerasan.

"Namun, dalam hal ini kami melihat peran Bupati Ogan Ilir tak ada," katanya di Palembang, Sumsel, Jumat (3/8/2012). Padahal, kata Eddy, peristiwa bentrok disertai penembakan oleh anggota Brigade Mobil (Brimob) di Desa Limbang Jaya itu seharusnya dapat diredam jika konflik lahan yang menjadi pangkal masalah diselesaikan sedini mungkin.

"Seharusnya Bupati bisa memfasilitasi masalah ini," ucapnya.

Wakil Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Nurcholis yang juga mengetuai tim pemeriksaan penembakan Limbang Jaya mengatakan, tidak adanya Pemerintah Kabupaten Ogan Ilir dalam peristiwa tersebut merupakan bentuk absennya negara. Padahal, kewenangan penyelesaian sengketa lahan berada di tangan bupati sebelum dilanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi. Karena ketidakhadiran negara itu, lanjut  Nurcholis, kepolisian seolah didorong melakukan tugas yang melebihi kapasitasnya.

"Dalam kasus ini kepolisian dibuat menanggung tugas baik penegakan hukum maupun dialog dengan masyarakat. Padahal, dialog dengan masyarakat ini semestinya bisa dilakukan Pemerintah Kabupaten," ujarnya.

Dalam peristiwa yang berakhir bentrok di Desa Limbang Jaya, 27 Juli lalu, polisi masuk ke desa awalnya dengan tujuan melakukan patroli dialogis dan penegakan hukum. Namun, operasi ini berakhir dengan bentrokan antara polisi dengan masyarakat yang menewaskan satu anak-anak dan melukai empat warga lainnya yang diduga terkena peluru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Respons Putusan MK, Zulhas: Mari Bersatu Kembali, Kita Akhiri Silang Sengketa

Respons Putusan MK, Zulhas: Mari Bersatu Kembali, Kita Akhiri Silang Sengketa

Nasional
Agenda Prabowo usai Putusan MK: 'Courtesy Call' dengan Menlu Singapura, Bertemu Tim Hukumnya

Agenda Prabowo usai Putusan MK: "Courtesy Call" dengan Menlu Singapura, Bertemu Tim Hukumnya

Nasional
Awali Kunker Hari Ke-2 di Sulbar, Jokowi Tinjau Kantor Gubernur

Awali Kunker Hari Ke-2 di Sulbar, Jokowi Tinjau Kantor Gubernur

Nasional
'MK yang Memulai dengan Putusan 90, Tentu Saja Mereka Pertahankan...'

"MK yang Memulai dengan Putusan 90, Tentu Saja Mereka Pertahankan..."

Nasional
Beda Sikap soal Hak Angket Pemilu: PKB Harap Berlanjut, PKS Menunggu, Nasdem Bilang Tak 'Up to Date'

Beda Sikap soal Hak Angket Pemilu: PKB Harap Berlanjut, PKS Menunggu, Nasdem Bilang Tak "Up to Date"

Nasional
Bima Arya Ditunjuk PAN Jadi Kandidat untuk Pilkada Jabar 2024

Bima Arya Ditunjuk PAN Jadi Kandidat untuk Pilkada Jabar 2024

Nasional
Guru Besar UI: Ironis jika PDI-P Gabung ke Kubu Prabowo Usai Putusan MK

Guru Besar UI: Ironis jika PDI-P Gabung ke Kubu Prabowo Usai Putusan MK

Nasional
Tak Anggap Prabowo Musuh, Anies Siap Diskusi Bareng

Tak Anggap Prabowo Musuh, Anies Siap Diskusi Bareng

Nasional
Bersama Pertamax Turbo, Sean Gelael Juarai FIA WEC 2024

Bersama Pertamax Turbo, Sean Gelael Juarai FIA WEC 2024

Nasional
Tanggapi Putusan MK, KSP: Bansos Jokowi Tidak Memengaruhi Pemilih Memilih 02

Tanggapi Putusan MK, KSP: Bansos Jokowi Tidak Memengaruhi Pemilih Memilih 02

Nasional
Peringati Hari Buku Sedunia, Fahira Idris: Ketersediaan Buku Harus Jadi Prioritas Nasional

Peringati Hari Buku Sedunia, Fahira Idris: Ketersediaan Buku Harus Jadi Prioritas Nasional

Nasional
KPK Terima Pengembalian Rp 500 Juta dari Tersangka Korupsi APD Covid-19

KPK Terima Pengembalian Rp 500 Juta dari Tersangka Korupsi APD Covid-19

Nasional
Megawati Diyakini Tak Goyah, PDI-P Diprediksi Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Megawati Diyakini Tak Goyah, PDI-P Diprediksi Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Nasional
Digugat ke Pengadilan, Bareskrim: Penetapan Tersangka Kasus TPPU Panji Gumilang Sesuai Fakta

Digugat ke Pengadilan, Bareskrim: Penetapan Tersangka Kasus TPPU Panji Gumilang Sesuai Fakta

Nasional
Soal Peluang PDI-P Gabung Koalisi Prabowo, Guru Besar UI: Megawati Tegak, Puan Sejuk

Soal Peluang PDI-P Gabung Koalisi Prabowo, Guru Besar UI: Megawati Tegak, Puan Sejuk

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com