Manado, Kompas -
Sheley Sondakh, Sekretaris Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA), Kamis (2/8), mengatakan, transportasi laut di perbatasan Sulut hingga Filipina sangat dibutuhkan warga kedua negara. Disebut kapal cepat karena dari Tahuna, ibu kota Sangihe, ke Balut, Filipina, sekitar 6 jam, lebih cepat dibandingkan kapal rakyat sekitar 10 jam.
Sebanyak 12.000 warga Sangihe dan Talaud setiap tahun bepergian dan berdagang di Filipina selatan. Selama ini warga menggunakan perahu tradisional yang rawan kecelakaan.
Ketua Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Manado-Bitung Alex Wowor mengatakan, pengadaan sarana transportasi laut di wilayah perbatasan dalam rangka mobilitas ekonomi sekaligus menumbuhkan wilayah ekonomi Manado dan Bitung.
Sondakh menambahkan, kapal cepat bantuan Kementerian Perhubungan berkapasitas 100 penumpang berikut komoditas perkebunan dan kelautan.
Hubungan transportasi dua negara yang berlangsung sejak tahun 1994 beberapa kali vakum. Pemerintah pernah menyubsidi kapal penumpang dari Bitung menuju Davao, tetapi hanya berlangsung dua tahun. Pada tahun 2000, kapal Pelni KM Awu juga melakukan pelayaran Bitung-Davao menyinggahi Marore dan Miangas, tetapi juga tak berlangsung lama.
Tahun 2010 Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe memberikan subsidi untuk kapal yang melayari wilayah Tahuna dan Gland City, Provinsi Sarangani, Filipina. Namun, hanya berlangsung enam bulan.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.