Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Turun akibat Impor

Kompas.com - 02/08/2012, 03:39 WIB

SURABAYA, KOMPAS - Petani garam di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, khawatir harga terus merosot karena pemerintah membuka peluang impor garam. Saat ini harga pembelian garam Rp 250.000 hingga Rp 400.000 per ton. Akibatnya, petani belum bisa untung.

Ketua Umum Paguyuban Petani Garam Rakyat Sumenep (Perras) Hasan Basri, di Sumenep, Rabu (1/8), mengatakan, saat ini panen garam baru sajadi mulai dengan produksi sekitar 600 ton. Ada tiga perusahaan yang biasanya membeli garam petani, yakni PT Garindo, PT Budiono, dan PT Garam (Persero).

Harga pembelian garam yang berlaku saat ini cenderung turun, padahal puncak masa panen berlangsung akhir Agustus hingga awal September. Saat puncak masa panen, produksi garam petani mencapai 160.000 ton dengan prediksi setiap hektar menghasilkan sekitar 80 ton. Adapun lahan tambak garam milik petani sekitar 2.000 hektar.

”Harga garam yang dipatok tiga perusahaan, meski berbeda, cenderung turun. Bahkan, jika PT Garam menetapkan harga rendah, dua perusahaan lain akan membeli garam petani lebih rendah lagi,” kata Hasan Basri.

Menurut dia, petani bisa menikmati keuntungan jika harga garam tidak kurang dari Rp 500.000 per ton. Sebab, biaya produksi, terutama tambak dengan lokasi jauh dari jalan raya, relatif lebih besar.

Biaya panen garam tinggi karena ada ongkos pikul, memasukkan garam ke karung, dan mengangkut dari tambak ke tepi jalan raya. Ongkos pikul satu karung Rp 2.000. Satu ton garam membutuhkan 20 karung.

Supaya harga garam tidak di bawah Rp 500.000 per ton atau Rp 500 per kg, pemerintah harus mengetatkan impor. Sebab, jika garam impor merembes ke pasar, garam petani dihargai murah.

Sementara itu, petani dan pengusaha garam rakyat di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, terpuruk. Hal itu terjadi karena harga garam pada awal musim panen rendah, sementara harga plastik dan yodium naik.

Pengusaha garam UD Apel Merah, Pupon (56), mengatakan, harga plastik naik dari Rp 425.000 per gulung menjadi Rp 450.000 per gulung. Harga yodium untuk campuran garam naik dari Rp 625 per kg menjadi Rp 700 per kg.

Kenaikan harga kedua bahan penunjang garam konsumsi itu tak diimbangi dengan kenaikan harga satu pak garam. Harga satu pak garam berisi 12 butir garam sejak tahun lalu masih Rp 1.200.

”Hal ini menyebabkan pengusaha garam konsumsi hanya balik modal. Kalau dengan kenaikan bahan penunjang itu, seharusnya harga garam per pak Rp 1.300–Rp 1.500,” kata dia.

Pupon menambahkan, pasar enggan menerima kenaikan harga garam konsumsi. Pasalnya pangsa pasar garam konsumsi buatan pengusaha kecil adalah kelas menengah ke bawah.

Sementara itu, harga garam petani di kota penghasil garam rendah, yakni Rp 270-Rp 340 per kg tergantung kualitas garam. Harga itu lebih rendah dibandingkan harga penetapan pemerintah, yaitu Rp 750 per kg untuk kualitas I dan Rp 550 per kg kualitas II. (ETA/HEN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com