JAKARTA, KOMPAS.com — Penderitaan etnis Muslim Rohingya di perbatasan Myanmar-Banglades bukan sekadar persoalan politik dan agama. Hal itu adalah persoalan kemanusiaan yang memprihatinkan.
Oleh sebab itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selaku Ketua Perhimpunan Negara-negara ASEAN didesak ikut mengambil langkah konkret untuk mengatasinya.
Langkah konkret itu diharapkan dilakukan terhadap Pemerintah Myanmar untuk menghentikan tindakan represif terhadap etnis tersebut.
Hingga kini dilaporkan ribuan hingga jutaan etnis Muslim Myanmar menghadapi aksi kekerasan yang brutal.
Desakan disampaikan Wakil Presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT) untuk Rohingya, Syuhelmaidi Syukur, di Jakarta, Kamis (26/7/2012) petang.
Syuhelmaidi didampingi sejumlah aktivis ACT, seperti Direktur Eksekutif, N Imam Akbari, dan Kepala PR ACT, M Feri Kuntoro.
Selain mendesak Presiden Yudhoyono, ACT bersama Masyarakat Relawan Indonesia, Minggu (29/7/2012) nanti, akan berangkat menuju lokasi pengungsi Rohingya di Teknaf, pinggir Sungai Naf di perbatasan Myanmar-Banglades. Tim terdiri atas tiga orang, yang akan dipimpin oleh Andhika P Swasono.
Aksi kemanusian ini dilakukan ACT bersama lembaga swadaya lokal, Sawab. Terkait itu, ACT menghimpun bantuan dana dari masyarakat Indonesia yang akan didonasikan kepada etnis Rohingya.
"Oleh karena itu, kami berharap Kedutaan Besar Myanmar di Jakarta bisa segera mengeluarkan visa tersebut. Kalau Jumat besok keluar, kami bisa masuk dari Yangon. Akan tetapi, kalau tidak keluar, kami akan masuk dari Banglades," ucap Syuhelmaidi, yang juga pernah memimpin bantuan kemanusian ke Somalia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.