Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Tambur Raksasa di Museum Paris!

Kompas.com - 24/07/2012, 07:47 WIB

Barulah kemudian, kita memasuki bagian utama dari pameran koleksi tetap. Di sini pengunjung dipersilahkan memilih mana yang ingin dilihat, atau bisa juga menyusuri tapak petunjuk agar bisa melihat satu persatu secara berurut, semua benda budaya dari empat  benua yang ditawarkan.

Jujur saja, saya merasa interior museum ini menjadi lebih menarik setelah saya datangi untuk yang kedua kalinya. Hanya yang kerap saya sayangkan setiap kali berkunjung ke museum di Paris adalah penerangan secara tertulisnya kadang hanya menggunakan bahasa Perancis. Untung saya mengerti bahasa setempat. Tapi jangan khawatir, bagi turis asing, mereka bisa meminta audio guide (panduan pendengaran). Jangan berharap bahasa Indonesia bisa kita dapatkan, tapi paling tidak bahasa Inggris selalu terdapat di dalamnya.

Anda boleh percaya atau tidak kepada saya, tapi bila kita menggemari sejarah budaya, bertatapan dengan obyek yang tak pernah kita lihat secara dekat, selalu membuat diri ini tercengang. Karena, fungsi dari setiap benda, rasanya tak pernah terlintas dibenak. Tak hanya hanya indah, namun juga, bagi kita yang saat ini terbiasa dengan serba serbi canggih, rasanya dibuat heran, dengan satu benda yang bisa berfungsi layaknya benda yang kita gunakan sehari-hari.

Hanya bedanya, peninggalan budaya yang dipamerkan itu begitu rumit terlihat dan buatan tangan, sementara yang kita gunakan keluaran mesin, simpel tak indah namun memang sangat praktis dari segi fungsinya.

Benda yang kita tatap, memiliki cerita dibelakangnya, dan itulah yang selalu membuat saya merasa semakin kaya secara wawasan. Ahhh... akhirnya tubuh ini masuk juga ke dalam ruangan dimana benda-benda dari tanah air terpajang begitu indah. Beberapa nisan yang digunakan dari daerah Sumbawa membuka daerah ruang Indonesia.

Tentu saja yang paling menyolok mata adalah tambur raksasa yang juga menjadi perhatian pengunjung yang datang. Jujur baru di museum inilah saya melihat tambur kuno asal Sumatera.

Peninggalan lainnya yang serupa sudah saya lihat beberapa kali di museum lainnya, khususnya di Geneva, Swiss. Di mana sebuah museum Barbier-Mueller, sangat terkenal sebagai pengoleksi barang antik dari benua, Asia, Afrika, Amerika dan Oceania. Dan Generasi dari Barbier-Mueller inilah yang banyak menyumbang di museum Quai Branly ini, salah satunya koleksinya dari Indonesia.

Satu yang membuat saya bangga namun juga sedikit teriris hati ini, karena peninggalan budaya Indonesia yang saya temukan di sini adalah merupakan sumbangan dari para kolektor besar dunia. Mereka adalah orang-orang yang peduli dengan pentingnya sebuah sejarah dari setiap budaya daerah, mempertahankan sebuah cerita agar keturunan manusia bisa selalu mengenalnya.

Hanya sayangnya tak saya temukan nama Indonesia sebagai salah satu menyumbangnya. Mungkin mata saya yang kurang awas memperhatikannya, semoga memang begitu halnya.

Setelah puas tenggelam dalam suasana tempo dulu, saya mencoba untuk mendatangi pameran temporer (tak tetap). Temanya saat itu adalah ‘Les Maîtres du désordre’. Mengenai budaya sihir, pengobatan hinggal ilmu mistik. Sekali lagi saya mendapat kejutan manis. Benda budaya Indonesia kembali tergelar! Ada leak Bali yang membuat pengunjung takjub dan tak berhenti hanya di situ, karena beberapa benda lainnya yang juga berasal dari daerah tanah air, kembali dipamerkan.

Benda-benda yang dipamerkan sangat menarik, sayangnya, sistim dekorasinya yang mengecewakan bagi saya pribadi. Hingga, kekuatan dari sebuah benda tak terlalu terpancarkan, padahal temanya sangat kuat sekali yakni berbau alam misteri. Namun paduan antara benda dengan penataan dekorasinya tak klop menurut saya.

Dibutuhkan waktu dua setengah jam untuk dapat menikmati pameran di museum ini. Bila Anda tak pernah mengunjungi museum Quai Branly saat berkunjung ke Paris, cobalah untuk menyisakan waktu dua jam. Dua jam yang akan membawa kita larut dalam sejarah, apalagi benda dari Indonesia terdapat di dalamnya. (DINI KUSMANA MASSABUAU)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com