Yogyakarta, Kompas -
Hal itu dikatakan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal Helmy Faishal Zaini saat membuka UGM Research Week & Inovation Expo 2012. Pameran ini menyuguhkan karya penelitian 18 fakultas yang ada di Universitas Gadjah Mada (UGM) ditambah pusat-pusat studi dan unit kegiatan mahasiswa.
Karya-karya yang dipamerkan umumnya teknologi tepat guna dan usaha menengah kecil binaan UGM. Tema pameran adalah ”Kontribusi UGM Memecahkan Permasalahan Bangsa dan Pengembangan Potensi Bangsa”. ”Tema ini memang bersinggungan dengan UGM sebagai kampus kebangsaan, kampus riset, dan kampus nasionalis,” kata Rektor UGM Pratikno
Menurut Helmy, saat ini kondisi kelistrikan di perbatasan, khususnya di pulau-pulau terluar, masih belum merata. Ada daerah yang baru 30 persen menikmati listrik, tetapi ada pula yang sudah sampai 60 persen.
”Kami konsentrasi pada listrik di pulau-pulau terluar karena ini merupakan awal untuk menumbuhkan kesejahteraan masyarakat di sana. Karena itu, tahun 2014, direncanakan 100 persen masyarakat di pulau-pulau terluar bisa menikmati listrik. Untuk itu, pemerintah menyediakan dana Rp 400 miliar untuk proyek listrik itu,” jelasnya.
Diungkapkan, di Indonesia ada 92 wilayah pulau-pulau terluar. Dari jumlah itu, 43 pulau dihuni dengan jumlah penduduk sekitar 70.000 jiwa. ”Dilihat dari sisi jumlah memang tampaknya mudah diwujudkan, tapi karena medan sulit dan terkadang letaknya menyebar, mengatasi problem listrik bukanlah persoalan mudah,” kata Helmy.
Untuk pengadaan listrik di pulau terluar, sulit untuk dibuatkan pusat pembangkit yang besar. ”Kami lebih banyak menggunakan teknologi tepat guna, seperti listrik tenaga surya yang kapasitasnya kecil, misalnya tiap rumah mendapat tiga lampu rasanya sudah bagus,” tegasnya.
Untuk penduduk berjumlah besar dalam satu kawasan dibuatkan pembangkit listrik yang besar. ”Bahkan, untuk listrik skala besar, tidak menutup kemungkinan bekerja sama dengan PT PLN,” jelasnya.