Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ribuan Telur Penyu di Kaltim dari Sulawesi

Kompas.com - 11/07/2012, 02:47 WIB

Balikpapan, Kompas - Sepanjang tahun 2012, sekitar 40.000 telur penyu yang hendak diselundupkan dan diperdagangkan di Kalimantan Timur berhasil diamankan. Telur-telur penyu tersebut bukan berasal dari Kalimantan Timur karena pelaku penyelundupan menggunakan kapal dan berangkat dari Sulawesi.

”Sejauh ini, pelaku penyelundupan bukan dari Kaltim. Memang wajar jika banyak muncul kecurigaan bahwa telur-telur penyu yang dijual di Kaltim, terutama di Samarinda, berasal dari Kaltim,” ujar Tandya Tjahjana, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim, Selasa (10/7).

Meski demikian, menurut dia, tetap terbuka kemungkinan telur penyu asal Kaltim diperdagangkan di Kaltim. Sulit mengawasi semua penyu yang bertelur hingga telur menetas dan anak penyu (tukik) menuju laut.

Telur penyu (penyu hijau, penyu sisik, dan penyu belimbing) dianggap komoditas menarik karena cukup diminati sebagian orang. Harganya pun tinggi. Telur penyu yang dijual di Samarinda bisa mencapai Rp 8.000 per butir, bahkan lebih.

Kalimantan Timur memiliki satu tempat konservasi penyu, yakni di Pulau Sangalaki, Kabupaten Berau. Namun, selain di Sangalaki, penyu-penyu juga bertelur di sekitarnya, termasuk Pulau Derawan.

Hewan dilindungi

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem, penyu termasuk hewan dilindungi. Termasuk telur penyu, dilarang untuk diperjual-belikan dengan alasan apa pun. Namun, perihal boleh tidaknya telur penyu dikonsumsi juga dipertanyakan Makmur, Bupati Berau.

Menurut Makmur, sebenarnya pelestarian penyu bisa selaras dengan manfaat ekonomis. Sebab, sejak dahulu, menjual telur penyu adalah satu satu mata pencarian masyarakat di Kepulauan Derawan. Ketika muncul UU itu, praktis mata pencarian sebagian masyarakat tertutup.

”Sayangnya, di sisi lain, telur penyu pun juga masih dijual di Samarinda. Terkait konservasi penyu, mengapa kita tidak melihat seperti di daerah lain? Di Bali, misalnya, orang membayar sejumlah uang untuk acara melepas tukik, tetapi di Berau, itu tidak boleh. Hal-hal semacam ini kan bisa membuat kecemburuan masyarakat,” katanya.

Syamsudin, anggota staf World Wildlife Fund (WWF)—lembaga yang ikut terlibat dalam konservasi penyu—di Pulau Derawan, mengatakan, telur penyu masih terus diincar. Oleh karena itu, pihaknya turut mengawasi dan mencatat setiap penyu yang naik ke pasir pantai untuk bertelur.

Penyu baru bertelur ketika berumur lebih dari 30 tahun. Satu penyu bisa bertelur 80-100 butir dan mereka bertelur setiap 11-12 hari. Namun, persentase telur bisa menetas hanya 80-90 persen. Itu pun yang kemudian sanggup mencapai umur dewasa hanya beberapa ekor.

Syamsudin mencatat setiap penyu yang naik untuk bertelur dan sebisa mungkin tidak ada yang terlewat. Menurut dia, dalam sebulan, setidaknya 15 penyu bertelur di Derawan.

”Sepanjang tahun 2012, ada 100 penyu berbeda bertelur di Pulau Derawan,” ungkapnya.

(PRA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com