Berau, Kompas -
”Untuk pemenuhan listrik di Maratua dan Derawan kami sudah mengusulkan penambahan pembangkit listrik tenaga surya ke PLN pusat. Nanti listrik ditopang penuh oleh PLTS dan bisa beroperasi 24 jam sehari. Namun, kami butuh bantuan pemkab antara lain untuk penyediaan lokasinya,” ujar Francis Al Zauhari, Manajer PLN Cabang Berau, Senin (9/7).
Maratua—pulau terluar di Kabupaten Berau yang berbatasan dengan Malaysia dan Filipina—memang sudah memiliki pembangkit listrik hibrid tenaga surya dan angin, bantuan dari pemerintah beberapa tahun lalu. Namun, pembangkit tenaga angin tak bisa digunakan karena embusan angin tidak terlalu kuat untuk memutar kincir angin.
Hanya pembangkit tenaga surya yang berfungsi. Itu pun hanya sanggup mengaliri listrik untuk 100 rumah, atau 25 persen dari total rumah di Maratua. Daya listrik pun 450 watt dan hanya dapat bertahan beberapa jam. ”Kami membutuhkan PLTS yang dayanya minimal tiga kali lipat dari daya sekarang,” ujar Kudarat, Camat Maratua.
Di Derawan, PLTS difungsikan siang hari, dan malam hari digunakan pembangkit listrik tenaga diesel dari PLN. Listrik cukup jika dipakai sendiri, namun jika ditambah penginapan kurang.
Pemilik penginapan harus memakai genset solar. Padahal, harga solar Rp 8.000 per botol (isi 0,7-0,8 liter). ”Saya memakai genset jika penginapan penuh,” ujar Hasanul Arif, Manajer Beach Cafe and Cottage Derawan. Satu penginapan membeli minimal 4 liter solar.