Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisnis PLTU Biomassa Prospektif

Kompas.com - 10/07/2012, 02:46 WIB

Medan, Kompas Pengembangan bisnis pembangkit listrik tenaga uap biomassa yang menggunakan bahan bakar cangkang sawit, sekam padi, dan jenis limbah biomassa lain kian prospektif seiring perbaikan harga listrik dan dukungan pendanaan dari perbankan nasional. Namun, pengembangan pembangkit berbasis biomassa itu terkendala keterbatasan pasokan cangkang sawit karena banyak diekspor.

Terkait dengan hal itu, pemerintah mendorong perusahaan perkebunan kelapa sawit milik negara dan swasta yang memakai pembangkit listrik tenaga diesel berbahan bakar minyak agar beralih ke pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) biomassa. Pembangunan PLTU biomassa yang ramah lingkungan itu diharapkan bisa mengurangi ketergantungan terhadap BBM untuk pembangkit listrik.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik menyampaikan hal itu dalam peresmian PLTU biomassa berkapasitas 2 x 15 megawatt di Kawasan Industri Medan 3, Medan, Sumatera Utara, Senin (9/7). Dengan perbaikan harga listrik dari PLTU biomassa, harga cangkang sawit untuk pembangkit akan naik sehingga pengusaha kelapa sawit akan memilih menjual cangkang sawit di dalam negeri.

Terbarukan

Pembangkit listrik berbasis biomassa di Medan itu milik PT Growth Asia, anak perusahaan Growth Steel Group (GSG), dengan bisnis inti industri baja terintegrasi. Pembangkit itu dibangun tahun 2011 dan memakai bahan bakar dari energi terbarukan, yakni cangkang sawit, sekam padi, bonggol jagung, dan serbuk kayu.

CEO Growth Steel Group Fadjar Suhendra mengatakan, untuk membangun PLTU biomassa 2 x 15 MW, pihaknya menginvestasikan dana Rp 220 miliar. Dari total kapasitas daya, 10 MW di antaranya digunakan untuk produksi GSG, 20 MW dijual ke PLN wilayah Sumatera Utara. Sebanyak 70 persen materi pembangunan merupakan produk lokal, tetapi generator pembangkit masih diimpor dari China.

Setiap hari dibutuhkan sekitar 600 ton material organik yang dibakar dengan material utama berupa cangkang sawit, sekam padi, kayu karet, dan serbuk kayu. Harga material tersebut berkisar Rp 200 sampai Rp 600 per kilogram.

”Ampas ubi juga bisa digunakan sebagai bahan bakar, tetapi belum ada pemasoknya,” kata Fadjar. (EVY/WSI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com