Madiun, Kompas -
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Kabupaten Madiun Antonioes Djaka mengatakan, pengurangan volume air di sejumlah waduk terjadi karena penguapan yang tinggi di musim kemarau. Selain itu disebabkan oleh tidak adanya pasokan air yang bersumber dari hujan. Belakangan ini hujan sangat jarang terjadi di wilayah Madiun.
Waduk-waduk yang berada di wilayah Kabupaten Madiun antara lain Waduk Dawuhan di Kecamatan Wonoasri, Waduk Notopuro dan Waduk Kedungbrubus di Kecamatan Pilangkenceng. Kondisi volume air di Waduk Dawuhan diperkirakan tinggal 2 juta meter kubik dari kapasitas maksimal 5,180 juta meter kubik. Waduk ini diandalkan untuk mengairi 1.273 hektar sawah di Kecamatan Wonoasri.
Adapun di Waduk Notopuro, volume airnya diperkirakan tinggal 1,2 juta meter kubik dari daya tampung maksimal sebesar 2,4 juta meter kubik air. Waduk ini menjadi andalan untuk mengairi 2.433 hektar sawah di Kecamatan Pilangkenceng dan Kecamatan Saradan.
Sementara itu, volume air di Waduk Kedungbrubus diperkirakan tinggal 1,2 juta meter kubik dari kapasitas maksimal 2,3 juta meter kubik. Waduk yang baru dibangun tahun 2006 ini diandalkan untuk mengairi 521 hektar sawah di sekitarnya.
Sejumlah petani di Kabupaten Temanggung dan Magelang, Jawa Tengah, gagal panen akibat kekeringan. Sebagian di antaranya bahkan tidak bisa melanjutkan aktivitas bertani dengan menanam tanaman apa pun karena tidak adanya sumber air.
Di Ciamis, Jawa Barat, 50 persen dari total 51.800 hektar terancam kekeringan. Kondisi ini dikhawatirkan mengganggu produksi padi Kabupaten Ciamis yang ditargetkan sebanyak 738.000 ton pada tahun 2012.
”Yang terutama terancam itu adalah sawah tadah hujan,” kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis Endang Supardi.