Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Candoleng, Tarian Erotis yang Ditonton Anak-anak

Kompas.com - 16/06/2012, 23:06 WIB
Kontributor Polewali, Junaedi

Penulis

POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com--Tarian erotis yang akrab disebut candoleng-doleng kian menjadi pilihan hiburan banyak warga Polewali Mandar, Sulawesi Barat.

Para penari seksi tak segan-segan melakukan aksi buka-bukaan sampai merelakan bagian sensitif tubuhnya dipertontonkan dan dijamah penonton.

Tentu saja sang penari tak keberatan yang penting ada sawerannya. Sayangnya tarian yang mengumbar adegan seks dan aksi buka-bukaan ini tak hanya ditonton kalangan dewasa dan orang tua tapi juga ratusan anak-anak dan remaja yang tak sepantasnya.

Pertunjukan tarian seronok candoleng-doleng di salah satu pesta pengantin di kecamatan Wonomulyo Polewali mandar ini misalnya, tiga wanita penari seksi yang menghibur ratusan penonton tak segan-segan melakukan aksi buka-bukaan sambil mempertontonkan bagian-bagian sensitif tubuhnya.

Mereka bahkan tak malu-malu mempertontonkan adegan seks berduaan di depan publik yang ternyata tak hanya kalangan dewasa dan orang tua tapi juga para remaja dan anak-anak yang seharusnya belum bisa menyaksikan tontonan seronok ini.

Tak hanya itu, para penari erotis yang mengumbar syahwat ini bahkan tak segan-segan merelakan bagian-bagian sensitif tubuhnya seperti (Maaf, payudara) diremas-remas penonton sambil memberi saweran. Padahal jam baru menunjukkan pukul 21.00 wita. Para penontonnnya pun masih didominasi kalangan anak-anak dan remaja.

Sebetulnya tarian seronok yang mengumbar adegan seks di depan penontonnya ini ditentang banyak warga. Namun belakangan meski ditentang tetap saja tarian candoleng-doleng subur tak hanya di desa-desa terpencil tapi juga di kota.

Sejumlah grup electone (organ tunggal) pun bersaing menawarkan harga dan "kwalitas tarian" paling berani. Bagi grup electone yang penarinya buka-bukaan dan bertelanjang dada akan dinilai sebagai group electone paling panas. Sementara panari electone yang kurang berani diangap kurang gres oleh penontonnya.

Tak heran jika komunitas pencinta tarian erotis yang mengumbar syahwat seperti ini punya catatan nama-nama electon yang dinilai paling berani dan paling seksi di antara grup tarian erotis lainnya. "Banyak group electon tergolong berani melakukan adegan buka-bukaan yang membuat libido penontonnya naik turun," ujar Yusri, salah satu penonton tarian erotis di Wonomulyo.

Yang disesalkan sejumlah masyarakat termasuk toko agama dan tokoh adat adalah terian seronok ini dipertontonkan terbuka di depan publik, padahal yang jadi penonton tak hanya kalangan dewasa dan orang tua tapi juag anak-anak dan remaja.

Dalam banyak lokasi pertunjukan tarian erotis publik penontonnya bahkan lebih banyak kalangan remaja dan anak-anak. "Candoleng sebetulnya bukan masalah bagi kaum dewasa dan orang tua, tapi ini jelas merusak moral remaja dan anak-anak yang belum sepantasnya disodori tontonan live dan seronok seperti candoleng," ujar Yunus, warga wonomulyo lainnya.

Menjamurnya tarian erotis candoleng yang sudah tak mendapat tempat di wilayah Sidrap, Pinrang dan Pare-pare Sulawesi selatan ini sekarang diduga menjamur di Polewali lantaran aparat keamaan terkesan membiarkan pertunjukan seperti ini tetap menjadi hiburan. Kalau pun ada yang ditangkap petugas tak ada yang diproses dan diganjar undang-undang pornografi atau undang-undang lain yang senafas. Umumnya pelaku yang ditangkap petugas hanya diberi teguran di kantor Polisi dan setelah itu mereka dibebaskan. (K25-11/Junaedi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com