Jombang, Kompas
”Sekarang ini harga gabah kering panen berkisar Rp 360.000 - Rp 390.000 per kuintal, membaik dibandingkan harga gabah saat panen rendeng (penghujan) lalu. Saat itu harga gabah paling tinggi Rp 330.000 per kuintal,” ungkap Muridun (67), petani asal Mojoagung, Jombang, Senin (11/6).
Ia menuturkan, membaiknya harga gabah hasil panen musim gadu sekarang ini, karena kadar air gabah kering sawah lebih rendah dibandingkan musim penghujan lalu. ”Saat panen rendengan lalu hujan masih tinggi sehingga berpengaruh pada kadar air gabah kering sawah,” ungkap Muridun lagi.
Hari (61), petani lainnya, mengakui membaiknya harga gabah di tingkat petani. Namun, petani tetap saja tidak merasakan keuntungan yang berlebihan. Alasannya, total biaya yang dikeluarkannya untuk sawah seluas 2.500 meter persegi lebih dari Rp 1,5 juta. Dari sawah seluas itu paling banyak hanya dihasilkan 15 kuintal gabah kering sawah.
”Petani tak pernah untung besar. Apalagi yang menentukan harga itu tengkulak,” kata Hari.
Sebaliknya petani di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, mulai mewaspadai musim kemarau yang mulai datang. Selain berpotensi menggagalkan panen, datangnya musim kemarau dikhawatirkan juga memicu hama.
”Bulan depan mungkin masuk musim kemarau. Padahal, musim panen masih kurang sekitar dua bulan lagi,” kata Sutarma, petani asal Kecamatan Ciawi, Tasikmalaya, Senin.
Tahun lalu, kekeringan melanda sekitar 6.000 hektar dari total 49.000 hektar sawah di Tasikmalaya. Kepala Seksi Produksi Padi di Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Tasikmalaya Yayan Hendrayani menuturkan, sudah menginstruksikan kepada kelompok tani untuk melindungi padi yang sudah mendekati masa panen ini.