Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebatik Ingin Saingi Tawao, Bisakah?

Kompas.com - 28/05/2012, 23:27 WIB
Subhan SD

Penulis

KOMPAS.com - Pulau Sebatik persis di ujung utara Indonesia yang berbatasan dengan Malaysia. Secara administratif masuk wilayah Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur.

Tak mengherankan Sebatik sesungguhnya merupakan beranda depan negeri ini. Tetapi kondisinya jauh berbeda dengan Kota Tawao yang ada di seberang Sebatik.

Tawao adalah kota yang cukup ramai di ujung Malaysia itu. Bahkan menjadi daerah tujuan penduduk Sebatik untuk berbelanja kebutuhan pokok.

Ya, seperti nasib daerah perbatasan di Kalimantan sepanjang 2.004 kilometer, Sebatik juga kalah dibandingkan dengan wilayah Malaysia yang selalu bagus akses jalan, fasilitas dan infrastruktur, serta kondisi kota-kota atau desa yang lebih maju. Sebaliknya desa-desa atau kota di wilayah Indonesia, umumnya terisolasi,  karena akses jalan darat belum terhubung.

Tetapi kini, setelah pemerintah mengubah paradigma pembangunan di perbatasan sebagai beranda depan, bukan lagi halaman belakang, Sebatik segera dibenahi, yaitu percepatan pembangunan agar penduduk perbatasan lebih maju dan merasakan kehadiran negeri sendiri. Salah satu upayanya adalah peningkatan status dari kecamatan menjadi kota baru.

Ini artinya akan ada pemekaran. Sebatik adalah pulau yang kepemilikannya terbagi dua. Wilayah utara dan barat dimiliki Malaysia, sedangkan bagian selatan dan timur milik Indonesia.

Penduduk umumnya berada di wilayah Indonesia, sedangkan wilayah Malaysia lebih banyak perkebunan kelapa sawit.

Masalah perbatasan ini juga menarik, karena ada rumah penduduk yang bagian depan masuk wilayah Indonesia, sedangkan bagian belakang masuk wilayah Malaysiam "Kita ingin nanti Sebatik sama dengan Tawao, di sebelah kita. Kalau di Tawao ada wali kota, di Sebatik juga ada wali kota," ujar Gubernur Kaltim, Awang Faroek, di Sungai Nyamuk, Pulau Sebatik, Senin (28/5/2012) ini.

Saat itu hadir Kepala Badan Nasional Pengelola Perbatasan yang juga Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono, Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz, Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak.

"Masih kurang infrastruktur dasar, seperti jalan," tambah Awang Faroek, seperti hendak mengatakan kondisi wilayah perbatasan pada umumnya.

Gamawan Fauzi menimpali, "Sudah ada pembicaraan di Bappenas, bagaimana perencanaaan di wilayah perbatasan. Perlu fokus misalnya dengan peningkatan kota (Sebatik) ini. Kalau Tawao maju, supaya di sini tidak terlalu jauh beda. Nanti akan dibahas, perlu atau tidak pemekaran ini. Tapi bagaimana memperjuangkan daerah ini agar lebih maju," katanya.

"Jangan lagi perbatasan menjadi belakang rumah kita, tetapi menjadi kawasan depan rumah kita," tambah Gamawan.

Agung Laksono memberi dukungan peningkatan status Pulau Sebatik. Sebab, selain utk pertahanan, juga supaya secepatnya mencapai kemajuan dan kesejahteraan di perbatasan.

Karena itu, pemerintah menganggarkan dana Rp 780 miliar untuk membangun daerah perbatasan di Kaltim, terutama untuk proyek-proyek infrastruktur.

Mestinya ini proyek strategis dan sangat serius. Jika dilakukan seperti bussines as usual, daerah perbatasan akan tetap seperti sekarang. Bisakah Sebatik menyaingi "gemerlap" Tawao, tentu tergantung kegigihan semua stakeholder, terutama pemerintah bekerja di lapangan. Ya, kita tunggu saja... (Subhan SD)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com