Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Cilacap Butuh Ruang untuk Evakuasi

Kompas.com - 28/05/2012, 02:49 WIB

CILACAP, KOMPAS - Warga Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, membutuhkan ruang terbuka buatan sebagai tempat evakuasi saat terjadi bencana tsunami. Upaya ini untuk mengantisipasi kepadatan jalur evakuasi yang selama ini hanya terkonsentrasi ke dataran tinggi Jeruklegi.

Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, Wasi Aryadi, Sabtu (26/5), ruang terbuka itu akan dibuat menjadi seperti bukit buatan. ”Mitigasi ini mutlak diperlukan, sebab Cilacap berada di pesisir Samudra Indonesia yang rawan tsunami. Fatal jika korban jatuh karena jalur evakuasi terlalu padat,” jelasnya.

Hasil pemetaan BPBD, wilayah pesisir dan bagian kota Cilacap termasuk kategori padat penduduk dengan jumlah warga mencapai 11.200 jiwa. Untuk itu, keberadaan lokasi evakuasi yang strategis dan dekat permukiman sangat dibutuhkan. Jalur evakuasi ke dataran tinggi di Jeruklegi jauh, sekitar 10 kilometer.

Wasi mengungkapkan, ada beberapa lokasi yang ideal bagi bukit buatan itu, seperti memanfaatkan lahan bekas tambang pasir besi PT Aneka Tambang seluas 4 hektar di dekat Teluk Penyu. Lokasi ini berjarak sekitar 600 meter dari bibir Pantai Teluk Penyu, waktu tempuh dari permukiman warga paling lama 15 menit dengan berjalan kaki. Lokasi lain adalah lapangan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Sentolo Kawat, Cilacap Selatan, seluas 1 hektar. Lapangan itu berjarak sekitar 350 meter dari bibir pantai dan terlindung kilang minyak Pertamina. Bukit itu akan dibuat minimal setinggi 10 meter dan maksimal 15 meter.

Kepala Subdit Pendayagunaan Sumber Daya Kelautan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Rusman Hariyanto, di Kebumen, Jateng, mengakui pesisir selatan Jateng, termasuk Cilacap, paling rawan tsunami. Di Indonesia sejak tahun 1600 hingga 2012 terjadi 110 peristiwa tsunami.

Dari Tasikmalaya, Jawa Barat, Minggu, dilaporkan, Gunung Galunggung kini diawasi oleh empat alat pemantau kegempaan. Kepala Pos Pengamatan Gunung Galunggung Heri Supartono menuturkan, pemasangan alat itu untuk akurasi pemantauan dan mempermudah mitigasi bencana gunung berapi. (gre/che)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com