Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merepotkan, Warga Malas Jadi Saksi

Kompas.com - 12/05/2012, 11:44 WIB
Syahrul Munir

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com - Seorang pengendara sepeda motor Honda jenis CB warna biru dengan nomor polisi H 4368 CB dari arah Semarang mencoba menerobos kendaraan yang terjebak kemacetan jalur Semarang-Solo. Motor itu mengambil lajur kanan hampir melampaui garis marka.

Ternyata, dari arah berlawanan, melintas sebuah dump truck warna merah memakan penuh lajur kanan yang padat. Naas, stang sepeda motor sebelah kanan menyenggol badan truk sehingga kendaraan oleng dan pengendara pun terjatuh di tengah jalan.

Korban mengalami luka di bagian kepala akibat terbentur aspal. Saat diangkat ke pinggir jalan oleh warga sekitar, korban dalam kondisi pingsan dan tak mengenakan helm. Demikian pengakuan Ariyatno (37), warga Praguman, Tuntang, Kabupaten Semarang yang mengaku melihat kejadian kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Jl Raya Tuntang - Salatiga, Jumat (11/5/2012) sore.

Lalu lintas yang padat dua arah, lanjutnya, bertambah macet sekitar sepuluh menit sejak kejadian pukul 16.00 itu. "Kami lalu mencegat mobil bak terbuka untuk mengangkut korban ke rumah sakit, sementara motor kami pinggirkan agar lalu lintas kembali normal," ungkapnya.

Sejurus kemudian datang seorang polisi menghampiri Ariyatno dan seorang warga lain, Moh Zuhri (45) yang duduk di depan sebuah masjid yang ada di seberang lokasi kejadian. "Maaf bapak-bapak, ada yang tahu atau melihat kejadian kecelakaan tadi?" tanya polisi sambil bersiap mencatat sesuatu ke dalam buku tulis yang dibawanya.

Anehnya, tak satupun mereka menjawab melihat kejadian itu. Usut punya usut, ternyata warga malas berurusan dengan polisi apalagi jika kasus sampai di pengadilan. Warga beralasan menjadi saksi justru merepotkan.

Pengalaman 'pahit' sering dialami warga yang justru berperan menjadi dewa penolong dalam setiap kejadian kecelakan lalu lintas. "Waah repot mas, pernah saya jadi saksi harus bolak-balik ke pengadilan. Terpaksa saya mbolos kerja. Boro-boro dipikirin uang ganti nggak kerja, untuk ongkos pulang pergi ke kantor polisi sama ke pengadilan gak dipikirin ma petugas. Jadinya kita di sini hafal, begitu kecelakaan, kita tolong korban lalu bubar," kata Zuhri setengah berbisik.

Petugas yang menolak disebutkan namanya itu mengaku belum mengantongi identitas korban, bahkan juga tak tahu korban dibawa kerumah sakit mana. Pasalnya polisi yang datang ke lokasi 15 menit berselang setelah kejadian, hanya mendapati motor korban yang diparkir di pinggir jalan.

Tak berhasil mendapat jawaban yang diharapkan, petugas itu pun kembali ke mobil patroli dan bersama dua petugas lainnya segera pergi dari lokasi kejadian. Diinformasikan, jalan Raya Tuntang merupakan jalur utama Semarang-Solo yang kerap macet terutama pada jam-jam istirahat siang, sampai jam tujuh malam.

Di sepanjang jalan ini mulai dari jembatan kali Tuntang sampai ke batas kota Salatiga, sejauh dua kilometer merupakan tempat kulinasi favorit bagi pengguna jalan. Selain puluhan warung makan, juga terdapat kios-kios yang menjual kerajinan tangan dan makanan oleh-oleh khas Kabupaten Semarang.

Tingginya angka kecelakaan di jalur ini, selain akibat aktivitas memotong jalan dari tempat-tempat tersebut, juga disebabkan oleh badan jalan yang sempit sehingga memicu kendaraan roda dua bermanuver di tengah-tengah kepadatan lalu lintas. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com