Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjagaan Rumah Bupati Mesuji Diperketat

Kompas.com - 05/05/2012, 10:18 WIB

MESUJI, KOMPAS.com — Penjagaan rumah Bupati Mesuji, Khamamik, diperketat seiring dengan meningkatnya pendudukan massa di kantor pemerintah kabupaten setempat, yang berujung dengan dibakarnya perkantoran itu pada Kamis (3/5/2012). "Sejak awal aksi demontrasi rumah bupati sudah dijaga ketat, dan petugas keamanan sejak Jumat (4/5/2012) malam ditambah," kata Toing (40), kerabat dari Bupati Mesuji Khamamik, di Mesuji, Sabtu (5/5/2012).

Toing mengatakan, dari awal aksi massa, petugas keamanan yang berjaga tidak begitu banyak, tetapi penjagaan lebih waspada. Namun, setelah terjadinya insiden pembakaran kantor pemkab, penjagaan rumah bupati lebih diintensifkan, khususnya oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan Brimob.

"Untuk Sabtu malam diperkirakan akan ada tambahan personel, namun belum diketahui dari institusi mana," katanya.

Menurut Toing, diperkirakan akan ada tambahan 60 orang untuk menjaga rumah Bupati Mesuji yang baru saja menerima SK pemberhentian wakilnya, Ismail Ishak.

Selain itu, beredar kabar di kalangan warga, rumah bupati akan menjadi target pembakaran. Terkait kabar tersebut, pihak keluarga tidak memedulikan hal tersebut karena dianggap isu yang dilontarkan oleh pihak tertentu. "Memang benar ada isu tersebut, namun dari pihak keluarga tidak terlalu menanggapinya," kata Toing.

Berdasarkan pantauan, pada malam hari rumah Bupati Mesuji yang ada di Simpang Selamat Datang, Desa Gedung Geram, cukup mencekam. Warga daerah tersebut berharap Kabupaten Mesuji segera kondusif dan tidak ada lagi aksi anarkistis yang merugikan warga.

"Ini sangat merugikan sekali, karena dampak dari semua itu Kabupaten Mesuji dinilai buruk oleh daerah lain," kata Hasan (45), warga Desa Barabasan, Kecamatan Tanjung Raya.

Hasan mengatakan, apabila aksi itu terus berkelanjutan dan tidak kunjung usai, dampaknya akan sangat buruk, terutama citra daerah itu di luar. "Kasihan anak cucu, nantinya jika mereka keluar daerah ini dan membawa nama daerah, pasti akan dinilai sangat buruk," kata Hasan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com