Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yang Penting Bisa Makan Hari Ini dan Besok

Kompas.com - 01/05/2012, 14:09 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Hari Buruh Sedunia yang jatuh pada tanggal 1 Mei 2012 menjadi titik konsolidasi massa buruh dalam menuntut kesejahteraannya. Di Jakarta saja, Kepolisian Daerah Metro Jaya memperkirakan ada lebih dari 52.000 pengunjuk rasa yang akan turun ke jalan dari elemen buruh.

Namun, di tengah ingar bingar ribuan buruh yang akan berunjuk rasa, ada elemen masyarakat yang tak tahu akan Hari Buruh. Mereka cenderung menerima nasib kendati perekonomian terus melilit. Hidup untuk hari ini dan besok, itulah prinsip para kuli bangunan ini yang memutuskan tak mau ambil pusing akan aksi Hari Buruh.

Soleh (47), pekerja proyek bangunan Jalan Layang Non Tol (JLNT) Kampung Melayu-Tanah Abang, mengaku, dirinya tak tahu-menahu soal Hari Buruh. "Hari buruh? Kapan? Saya enggak ngerti soal hari buruh, Mbak," ujar Soleh, Senin (30/4/2012) malam, saat dijumpai di depan Mall Ambassador, Jakarta.

Soleh yang merupakan warga asli Indramayu ini menuturkan, dirinya merantau ke Jakarta sejak tahun 1982 dan menjadi pekerja proyek bangunan pada tahun 2005. Sebelum menjadi pekerja proyek, Soleh sempat bekerja serabutan, seperti menjual mainan dan abu gosok. Dalam sebulan, Soleh mengaku mendapat gaji Rp 1,5 juta dengan bekerja selama 24 jam.

"Kebutuhan itu masih kurang karena tidak bisa nabung. Anak-anak saya juga hanya sampai SMP," tutur Soleh yang mengaku hanya bisa mengenyam pendidikan sampai kelas II SD ini.

Kendati mengaku hidupnya serba sulit, Soleh menuturkan, dirinya pasrah. Tidak ada niatan dirinya untuk melakukan aksi unjuk rasa. "Saya yang penting bisa makan sekarang sama besok saja. Enggak usah demo. Saya kerja saja," paparnya.

Setali tiga uang, Sutardi (50), kuli bangunan asal Banyumas, Jawa Timur, juga mengaku tak pernah terlibat aksi buruh. "Kita di sini enggak ada yang ikut organisasi buruh, Mbak," papar Sutardi. Ia pun mengakui bahwa dirinya tak pernah ingat kapan hari buruh dilakukan. "Saya enggak tahu soal pergerakan buruh. Kalau saya ikut demo, yang kasih makan anak istri saya siapa," papar Sutardi.

Kendati demikian, pria dengan empat orang anak itu mendukung usaha ribuan buruh menuntut haknya. "Walaupun saya enggak ikut demo, tapi saya tetap punya harapan kalau bisa kita-kita ini punya gaji yang cukup. Enggak apa-apa sembako naik, tapi harus naikkan juga dong gajinya," tandas Sutardi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com