Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kondisi Rumah Eks Pengungsi Timtim Memprihatinkan

Kompas.com - 25/04/2012, 18:08 WIB
Sigiranus Marutho Bere

Penulis

ATAMBUA, KOMPAS.com - Bantuan rumah sebanyak 150 unit kepada warga eks pengungsi Timor Timur yang menetap di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur pada tahun 2008 lalu, kondisinya saat ini sangat memprihatinkan. Bahkan rumah tersebut tidak layak huni dan sering ditempati oleh hewan. Bantuan rumah tersebut dibangun dengan dana bantuan Departemen Sosial tahun 2008.

"Dengan rasa cinta tanah air Indonesia yang masih melekat dan tersimpan rapi dalam lubuk hati yang paling dalam telah membangunkan spirit dan komitmen untuk meninggalkan sanak saudara dan kampung halaman pasca jajak pendapat 1999. Kami yakin dan sadar bahwa di Indonesia inilah, kedamaian, kenyamanan, dan kesejahteraan itu ada. Tetapi ternyata untuk rumah bantuan dari pemerintah pusat kondisinya sangat memprihatinkan dengan kualitas pekerjaan yang asal-asalan, sehingga tidak layak dihuni oleh manusia," kata Mariano Parada, Ketua Lembaga Peduli Masyarakat Timor Indonesia (LPMTI) cabang Kabupaten Belu, di Atambua, Rabu (25/4/2012).

Menurut Parada, warga eks pengungsi Timor Timur kian hari kian dijanjikan kesejahteraan, namun tak pernah terealisir. Mereka dijanjikan bantuan Rumah Sangat Sederhana, namun tak pernah ada. Ratusan dari mereka hingga kini masih hidup di barak pengungsian beratapkan daun lontar, berdinding pelepah pohon dan beralaskan kardus bekas.

Ironis sekali, selama 12 tahun keberadaan WNI eks Timor-Timur di wilayah NKRI yang dikenal dengan negara agraris dan kepulauan, namun konsumsi sehari-hari mereka hanya mengandalkan hasil panen jagung dari tanah liar yang bukan hak milik mereka.

"Negara, dalam hal ini pemerintah sepertinya mulai mengabaikan mereka. Memang diakui warga eks Timor Timur tentu tidak menutup mata terhadap niat baik pemerintah selama ini yang telah berupaya memberi bantuan kepada warga eks Timor Timur, baik berupa biaya hidup maupun berupa perumahan dan bahan bangunan rumah. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa bantuan itu, khususnya perumahan dan BBR, terasa asem manis bagi warga eks Timor Timur," kata Mariano.

"Rumah yang diperuntukkan bagi warga eks Timor Timur itu, tidak saja menyedihkan tetapi sangat memalukan. Menyedihkan, karena konstruksi bangunannya tidak lebih kuat dari kandang ternak. Tidak ada fondasi. Tiang dan dinding bangunan diletakkan langsung di permukaan atas tanah. Tanpa lantai pula. Sehingga jangankan tsunami, diseruduk hewan pun rumah itu bakal roboh," kata Mariano.

Mariano menegaskan, ini tentu sangat memalukan untuk sebuah karya pemerintah. "Disini dapat dilihat, seperti terjadi penyalahgunaan anggaran yang berasal dari APBN atau bahkan pinjaman atau hibah luar negeri," ujar Mariano Parada.

Terkait dengan hal itu, Wakil Bupati Belu, Ludovikus Taolin mengatakan untuk bantuan rumah yang diberikan kepada warga eks pengungsi Timor Timur tersebut terkesan tidak dirawat dan dijaga oleh warga eks Timor Timur. "Rumah itu layak huni kalau kita jaga dan kita rawat dengan baik bukannya ditelantarkan seperti yang terjadi saat ini, karena itu semuanya dikembalikan ke warga eks Timor Timur untuk merawatnya dengan baik," kata Taolin.

Selain itu, lanjut Taolin, untuk kepemilikan tanah menurutnya penduduk asli saja tidak memiliki lahan, sehingga terpaksa dikembalikan kepada para suku-suku sebagai pemilik tanah agar bisa dihibahkan. "Tanah tersebut bukan milik negara yang bebas tapi milik suku sehingga tergantung pendekatan dari mereka untuk bisa dapatkan tanah tersebut," jelas Taolin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com