Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ju, Lebih Terhormat Narik Becak daripada Berutang

Kompas.com - 21/04/2012, 10:39 WIB
Taufiqurrahman

Penulis

PAMEKASAN, KOMPAS.com - Menjadi penarik becak, bagi Juhairiyah (30) warga Kelurahan Jungcangcang, Pamekasan, Jawa Timur, sudah menjadi bagian dari hidupnya tiga tahun terakhir ini. Pekerjaan itu awalnya tidak dikehendaki, namun karena tuntutan hidup, ia harus beradu otot dengan besi beroda tiga itu.

Bersuamikan Khairul Efendi (33), seorang kuli serabutan, Juhairiyah dikaruniai dua anak yakni Sri Wahyuni (8) dan Tri Suselvi (2). Pendapatan suaminya tak mampu mencukupi biaya hidup.  Ia harus bekerja.

Juhairiyah yang akrab disapa Ju mulai mengakrabi becak empat tahun lalu. "Awalnya saya pinjam punya tetangga untuk muat batu bata, tapi akhirnya kok masuk jurang. Tapi saya angkat lagi takut rusak karena milik orang," tuturnya Sabtu (21/4/2012).

Ia tidak menyerah. Ia belajar  lagi meski harus masuk jurang untuk kedua kalinya. Ju kemudian memilih untuk belajar becak di jalan raya. "Kok enak jalannya, sehingga saya lanjutkan ke jalan yang lebih ramai lagi untuk belajar mengukur badan becak saat menyalip kendaraan lainnya," ungkapnya.

Karena sudah merasa paham, Ju akhirnya memilih menarik becak layaknya pria-pria berotot kekar. Karena tidak punya becak sendiri, ia menyewa becak Rp. 2.000 per hari. Mulanya, ia hanya mengantar tetangganya yang hendak ke pasar, anak-anak yang mau ke sekolah atau orang yang hendak berangkat ke kantor.

"Ketika naik becak saya pertama kali, orang-orang itu megang erat-erat takut jatuh katanya. Saya tertawa saja dan memastikan kalau tidak akan jatuh," imbuhnya.

Dari penghasilannya waktu itu, ia belanjakan untuk kebutuhan keluarganya. Terutama anaknya yang nomor dua, Tri Suselvi. Anak itu dilarang dokter untuk diberi ASI karena Ju mengidap penyakit kanker payudara.

"Saya harus berjuang demi keluarga saya. Daripada hidup penuh utang lebih terhormat menarik becak," ujarnya.

Juhairiyah awalnya memang dilarang oleh suaminya. Namun lama kelamaan akhirnya tidak kuat juga suaminya untuk melarangnya. "Saya ditegur sama teman-teman, tapi ketimbang jadi penyakit karena dilarang saya biarkan saja," kilah Khairul Efendi.

Saat bertemu dengan sesama tukang becak pria, Juhairiyah kerap digoda. "Sini Dik (adik) berhenti dulu jangan narik terus," kata Ju.

Namun Ju tidak pernah menghiraukan godaan itu. Setahun lalu, Ju sudah punya becak sendiri. Bupati Pamekasan Kholilurrahman menghibahkan sebuah becak setelah mengetahui bahwa Ju adalah satu-satunya tukang becak perempuan di Kabupaten Pamekasan.

"Saya diberi becak Pak Bupati sehingga tidak perlu sewa lagi," terangnya.

Kini, tidak hanya Ju yang menarik becak. Suaminya juga ikut menarik becak, bergantian dengan Ju. Ia berharap bisa punya satu becak lagi agar tak perlu bergantian menarik becak dengan suaminya.

"Kalau suami saya pulang narik becak, saya yang gantikan. Saya ingin punya becak dua sehingga saya dan suami saya bebas narik ke mana-mana," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com