JAKARTA, KOMPAS.com - Warga Simeuleu yang pada rabu (11/4/2012) merasakan guncangan dua gempa berkekuatan 8,5 SR dabn 8,1 SR memang telah memiliki pemahaman gempa dan tsunami yang relatif baik, dikenal dengan "smong" di masyarakat setempat.
Namun demikian, infrastruktur bagi warga Simeuleu untuk menyelamatkan diri dari bahaya tsunami masih perlu diperbaiki. Tujuannya agar jumlah korban, apabila terjadi tsunami, semakin dapat diminimalisasi.
"Untuk Simeuleu ini sudah ada banyak bukit. Yang menyulitkan bagi warga Simeuleu adalah jalur akses ke bukit itu," ungkap Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
"Kita rencanakan pembangunan jalan sebagai jalur evakuasi ke bukit. Butuh 57 jalan untuk jalur evakuasi," papar Sutopo dalam konferensi pers di gedung BNPB, Juanda, Jakarta Pusat pada Kamis (19/4/2012).
Pembangunan jalan sebagai jalur evakuasi di Simeuleu telah menjadi bagian dari rencana pemerintah untuk mengantisipasi gempa dan tsunami. Renacan pemerintah tersebut, termasuk kebutuhan daerah selain Simeuleu, membutuhkan dana 3-5 triliun.
Selain Simeuleu, daerah yang menjadi perhatian adalah Pagai, Sipora dan Siberut yang terancam bila terjadi gempa megathrust sebesar 8,9 Skala Richter di Mentawai. Namun, kebutuhan daerah tersebut kini masih dalam kajian.
Sementara itu, antisipasi bencana juga dilakukan dengan rencana pembangunan shelter, bukit buatan serta memenuhi kebutuhan sirine, buoy tsunami, radar serta yang tak kalah penting adalah edukasi masyarakat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.