Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengejar Matahari di Simatai

Kompas.com - 11/04/2012, 08:11 WIB

Oleh Anastasia Joice Tauris Santi dan Riza Fathoni

Tembok Besar jelas merupakan salah satu destinasi wajib bagi turis yang berkunjung ke China. Untuk menyambanginya, kebanyakan orang memilih ruas tembok di Bataling yang jaraknya satu jam di luar kota Beijing atau Juyongguan yang letaknya beberapa kilometer lebih dekat dari ibu kota China tersebut.

Sayang, pengunjung di Bataling terlalu banyak. Wisatawan pun berdesakan. Belum lagi ditambah dengan ramainya pedagang. Keadaan di Juyongguan setali tiga uang.

Ketika berkunjung ke China beberapa waktu lalu, kami memutuskan tetap menyambangi destinasi wajib itu. Hanya saja, ruas Tembok Besar yang kami datangi berada di Simatai. Dari pusat kota Beijing, jaraknya sekitar 120 kilometer atau 2,5 jam perjalanan melalui jalan bebas hambatan yang halus mulus.

Ruas tembok di Simatai bagaikan ular yang berada di punggung pegunungan Yanshan. Menurut Luo Zhewen, seorang ahli Tembok Besar, pagar pertahanan kuno itu merupakan bangunan termegah di China dan Simatai merupakan bagian terindah dari Tembok Besar. UNESCO bahkan telah memasukkan Simatai sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia.

Karena hendak menikmati matahari pagi di Tembok Besar Simatai, kami meninggalkan Beijing setelah makan malam sekitar pukul 21.30. Dengan 1.000 yuan atau sekitar Rp 1,4 juta, sebuah minivan berkapasitas tujuh tempat duduk bisa disewa. Karcis tol dan bensin sudah ditanggung pemilik kendaraan, sementara makan sopir dan sewa kamar sopir ditanggung penyewa. Biaya sewa berlaku mulai malam hingga sore keesokan harinya.

Kami akhirnya tiba di Simatai menjelang tengah malam. Hotel terdekat adalah Simatai Hotel yang letaknya sudah di dalam kompleks wisata Simatai. Harga kamar untuk tiga orang Rp 392.000 semalam, tanpa sarapan. Harga kamar ini masih ditambah karcis masuk kawasan Simatai Rp 56.000. Fasilitas di kamar standar adalah kamar mandi dengan air hangat, televisi, dan pendingin ruangan.

Sayang, karena kami tiba menjelang tengah malam, pengelola hotel tak mau menyediakan air hangat untuk sekadar membuat teh setelah perjalanan 2,5 jam. Jadi, bawalah air dan roti untuk sarapan banyak-banyak dari Beijing. Air minum kemasan sangat berguna ketika Anda mendaki dan kehausan di puncak gunung. Maklum, tidak ada pedagang di Simatai pada waktu subuh.

Pukul tiga dini hari kami sudah bangun. Cuaca akhir musim dingin cukup membuat tubuh menggigil. Jaket anti-angin, kupluk, sarung tangan, syal, sepatu sport nyaman, senter, roti, dan air minum juga kamera merupakan perlengkapan yang wajib dibawa. Diperlukan waktu dua hingga tiga jam dari hotel untuk sampai ke pos jaga tertinggi.

Ruas Simatai yang panjangnya hanya 5,4 kilometer cukup menantang. Jalannya sangat curam, ada jalur yang tidak berpagar berdinding, bahkan ada pula ruas yang lebarnya hanya 40 sentimeter.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com