Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Damai dan Cemas Pilkada Aceh

Kompas.com - 10/04/2012, 03:19 WIB

Darni/Fauzi adalah pasangan akademikus. Darni adalah Rektor Universitas Syiah Kuala dan Fauzi adalah pengajar IAIN Ar-Raniry, dua kampus yang menjadi intelektual rakyat Aceh. Meskipun dalam sejarah Aceh telah sering dipimpin oleh gubernur berlatar belakang rektor, peruntungan mereka kali ini tidak sebaik posisi di perguruan tinggi masing-masing. Mereka kemungkinan mendapat dukungan dari Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie, Aceh Tengah, dan Aceh Tamiang, tetapi bukan sebagai yang terunggul.

Pasangan kejutan

Nazar/Nova dapat menjadi pasangan kejutan. Meskipun naik melalui Demokrat dan PPP, dukungan partai tersebut tidak sepenuh hati. Bisa jadi karena Nazar bukanlah kader tulen kedua partai itu. Di samping sebagai mantan wakil gubernur, Nazar juga pimpinan Partai SIRA, partai lokal yang gagal berkembang pada Pemilu 2009. Ia terpaksa mencari kendaraan politik lain karena tidak cukup dukungan. Ia juga tak berhasil mengapitalisasi keberhasilan pemerintahan Irwandi sebagai prestasi bersama.

Demikian pula Nova, meskipun ia anggota DPR dari Fraksi Demokrat, figurnya masih kalah populer dibandingkan dengan Ketua DPD Demokrat Aceh. Pasangan ini kemungkinan mendapatkan suara signifikan di daerah perkotaan, seperti Banda Aceh, Sabang, dan Langsa sebagai basis pemilih cerdas, serta Aceh Tengah dan Pidie Jaya sebagai kota asal kelahirannya.

Zaini/Muzakkir adalah pasangan terakhir yang mendaftar pilkada. Dengan basis dukungan PA yang cukup kuat, terutama di daerah bekas konflik, mereka cepat melesat sebagai pasangan paling unggul jika indikasinya adalah massa kampanye.

Zaini telah menjadi tokoh senior sejak era Hasan Tiro dan Muzakkir menjadi mantan panglima GAM sejak 2002. Pasangan ini akan mampu merajai wilayah pesisir timur (kecuali Bireuen) dan Aceh Jaya.

Pilkada cemas

Secara keseluruhan hanya dua pasang calon yang akan beradu langsung, yaitu Irwandi/ Muhyan dan Zaini/Muzakkir dengan kuda hitam Nazar/Nova. Sebagai pasangan eks-kombatan (kecuali Muhyan), barisan mereka telah terbiasa dengan siasat, intrik, dan propaganda.

Saat kampanye dua pasang calon tersebut, sangat sering bergesekan sehingga timbul aksi kekerasan. Oleh karena itu, diharapkan euforia kampanye tidak berimbas pada saat pencoblosan. Jika itu terjadi, bangunan pasir perdamaian dan demokrasi Aceh akan hancur.

Meskipun tidak mengharap, potensi gagalnya pilkada demokratis tetap ada. Hal itu bisa dicegah jika pihak keamanan bisa bersikap tegas dan tidak menoleransi upaya apa pun untuk mengeruhkan proses demokrasi ini. Pilkada juga akan sukses jika Komisi Independen Pemilihan Aceh tetap konsisten sebagai penyelenggara yang adil, jujur, dan demokratis.

Beberapa penelitian terakhir memang menunjukkan Aceh berada dalam situasi rawan. Penyebabnya adalah proses demokratisasi yang tumbuh terlalu cepat tanpa diikuti penguatan institusi, sehingga menjadi demokrasi yang prematur. Inilah yang ditakutkan akan terpeleset ke arah otoriterisme dan membiakkan kultur politik kekerasan. Salah satunya jika pilkada kali ini gagal menjadi pesta demokrasi prosedural yang bersih dan mewakili vox populi (Van Klinken 2009, Aspinal 2010).

Pilihan ada di tangan masyarakat Aceh untuk memilih dengan penuh keluasan hati dan pikiran. Harapannya, yang terpilih akan melepaskan Aceh dari ketertinggalan ekonomi, pendidikan, dan budaya, termasuk sisa sakit akibat konflik dan tsunami. Bagi kandidat yang kalah, berlapang dadalah. Mari bergenggaman tangan memajukan Aceh, tanoh indatu wareh aulia.

Teuku Kemal Fasya Dosen FISIP Universitas Malikussaleh

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com