Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PMII: Justru Polisi yang Anarkis

Kompas.com - 28/03/2012, 11:57 WIB
Doddy Wisnu Pribadi

Penulis

MALANG, KOMPAS.com — Bentrokan yang melibatkan mahasiswa aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia di depan Gedung DPRD Kota Malang berujung pada babak belurnya belasan mahasiswa.

Seorang mahasiswa tampak diamankan ke pos keamanan, mahasiswa yang lain berusaha merebut kembali temannya yang diamankan. Barikade pagar kawat berduri menjadi berantakan terinjak aparat kepolisian bersenjata lengkap meski tak menggunakan senjata api.

Bentrok terjadi ketika mahasiswa berusaha masuk Gedung DPRD, dalam keadaan dihadang kawat berduri. Polisi bertameng menggunakan pentungan, mahasiswa hanya bersenjatakan kata-kata. "Hidup rakyat miskin kota!" teriak mahasiswa. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) adalah organisasi yang berafilasi ke Nahdlatul Ulama.

Heroisme mahasiswa aktivis PMII sebagian besar diilhami oleh kepemimpinan KH Abdurrahman Wahid sehingga mahasiswa kerap banga menyebut diri mereka Gusdurian, mirip dengan sinonimitas Marx dan Marxian.

Restu Aji, mahasiswa Universitas Tribhuwana Tunggadewi, Rabu (28/3/2012), bertestimoni di depan kamera wartawan dan menunjukkan mukanya yang babak belur dan hidungnya yang berdarah.

Setelah terdengar suara azan, perlawanan mahasiswa yang tidak berhasil menembus barikade kawat berduri, tetapi berhasil membuat kawat tersingkap, kemudian reda. Kini mereka hanya berorasi dengan menyanyikan lagu-lagu demonstrasi masa 1998, seperti lagu "Darah Juang" yang dulu digemakan para aktivis PRD.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com