Borong, Kompas -
Hal itu dikatakan Bupati Manggarai Timur Yosef Tote dan Wakil Gubernur Andreas Agas secara terpisah melalui telepon seluler masing-masing, Minggu (25/3). ”Pengadaan tenda bagi puluhan sekolah termasuk salah satu kebutuhan darurat paling mendesak,” kata Yosef Tote.
Menurut dia, bencana menelan dua korban meninggal, yakni Lusia Sangut (80) dan Lusia Loji (50). Dampak susulan yang kini menghantui masyarakat setempat adalah ancaman kelaparan. Ancaman itu membayang setelah bencana puting beliung merusak berbagai jenis tanaman perkebunan, seperti cengkeh, kopi, kakao, dan kemiri, yang menjadi andalan utama masyarakat Manggarai Timur.
Sementara itu, Andreas Agas menambahkan, sebagian besar dari sekitar 8.000 korban bencana hingga kini masih menumpang di rumah tetangga atau rumah keluarga. Ribuan warga ”tumpangan” itu adalah pemilik sekitar 2.500 rumah yang mengalami kerusakan. Untuk makan, masih dibutuhkan sekitar 20 ton beras. Sebagian dari 100 ton beras milik pemda setempat sudah disalurkan bagi korban.
Menurut dia, bencana puting beliung melanda hampir merata di Manggarai Timur yang meliputi enam kecamatan. Namun, bencana paling parah menimpa tiga kecamatan, yakni Borong, Kota Komba, dan Elar Selatan.
Sejumlah desa mengalami kerusakan terparah, di antaranya, Desa Golo Loni, Compang Kempo, Ngampang Mas, Bea Ngencung, dan Golo Rutuk (Borong).
Di Desa Pong Ruan, Kecamatan Kota Komba, kegiatan belajar mengajar SD Katolik Gulung sudah sekitar seminggu ini terpaksa berlangsung di kapel (gedung gereja berukuran kecil) di sekitarnya. Kegiatan belajar mengajar itu khusus untuk para siswa dari tiga ruang kelas, yang bangunan aslinya hancur dihantam puting beliung.
”Persiapan para siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar, apalagi siswa yang sebentar lagi mengikuti UN, akan sangat terganggu jika bangunan sekolah tak segera dibenahi,” kata Kepala Desa Pong Ruan, Sebas Ndaes.
Kerusakan di desa itu juga menimpa 96 rumah penduduk. Selain itu, tanaman perkebunan juga mengalami kerusakan yang cukup parah. Kerusakan tanaman perkebunan juga menimpa wilayah tetangga, yakni Desa Lembur di kecamatan yang sama.
”Angin pekan lalu itu sangat ganas, di Lembur seluruh tanaman petani hancur,” kata Darius Sanggur, guru SD Katolik Rende di Lembur.