Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tangkubanparahu, Gunung Kehidupan

Kompas.com - 23/03/2012, 08:41 WIB

Oleh Mukhamad Kurniawan dan Hermas Efendi Prabowo

KOMPAS.com — Tangkubanparahu, Kamis (26/1/2012) pagi, ibarat pasar. Parkiran mobil yang berada persis di tubir Kawah Ratu dipenuhi mobil. Inilah gunung api terpopuler di Jawa Barat yang dikunjungi 1,5 juta orang setiap tahun.

Udara sejuk. Kabut menyelimuti jalan setapak di sekeliling mulut Kawah Ratu. Bau belerang menguar samar. Di dasar kawah, asap mengepul.

Berjalan kaki sekitar 45 menit melewati hijaunya hutan, pengunjung bisa menikmati kolam air panas di Kawah Domas. Ratusan orang, kebanyakan pelancong dari Arab, pagi itu merendam kaki dan membaluri tubuh dengan lumpur belerang.

Tempat itu dengan mudah bisa dicapai pengunjung dengan berkendara sekitar 30 kilometer dari Kota Bandung. Limpahan pengunjung itu menghidupi tak kurang dari 1.000 pedagang, pemandu wisata, dan juru foto. ”Tahun 1980-an hanya ada belasan pedagang di sini,” kata Dadan (30), seorang pedagang.

Warga Cikole, Lembang, Bandung Barat, itu sudah 10 tahun berjualan belerang cair di sekitar Kawah Ratu. Setiap hari dia bisa menjual 3-15 botol belerang dengan pendapatan Rp 10.000-Rp 50.000. Botol-botol belerang cair itu digelar di atas lembaran kain berikut kertas bertuliskan khasiat belerang untuk menyembuhkan penyakit kulit. Ade Cahyadi (57), mertua Dadan, yang mengambil belerang itu dari Kawah Domas.

Dadan dan Ade mengaku tak takut dengan ancaman Tangkubanparahu. Seperti sejumlah pedagang lain, keduanya yakin gunung itu akan mengirim tanda sebelum meletus, sekaligus sebagai peringatan bagi pengunjung, pedagang, dan warga. ”Pengalaman 26 tahun di sini baik-baik saja,” kata Ade.

Sarmi (70), pedagang jagung bakar yang meneruskan usaha Oyoh (almarhum), bapaknya, juga merasa aman berjualan di kawasan Tangkubanparahu. ”Lumayan, sehari bisa jual 5-20 jagung, paling sedikit dapat Rp 40.000 per hari,” kata warga Cikole itu.

Dadan, Ade, dan Sarmi mengaku pernah diminta waspada dan dilarang berjualan sementara. ”Namun, selama saya jualan di sini, peringatan waspada hanya beberapa kali, bisa dihitung dengan jari,” kata Ade.

Letusan purba

Walau kini relatif tenang, Tangkubanparahu menyimpan sejarah letusan dahsyat. ”Gunung Tangkuban yang sekarang muncul sebagai tahap paling muda dari kompleks gunung api Sunda purba,” kata Mochammad Nugraha Kartadinata, geolog dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com