Kalianda, Kompas
Dalam sepekan terakhir, setidaknya terjadi dua kali unjuk rasa dari massa Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Lampung Selatan yang menentang pendirian patung di Kalianda itu.
Pada Selasa (20/3), massa LMND dan ratusan warga terlibat perang batu dengan kelompok pendukung pembangunan monumen. ”Persoalan ini terus meruncing, apalagi pihak pemkab menghadang pengunjuk rasa dan mengerahkan massa tandingan,” tutur Ketua LMND Lamsel Ahmad Jailani, Rabu (21/3).
Berdasarkan data, pembangunan patung dari besi, perunggu, dan timbal itu menelan dana Rp 1,1 miliar. Bahkan, ada tambahan Rp 700 juta untuk pemugaran taman dan pedestrian di sekitar monumen, yang diresmikan Gubernur Lampung Sjachroedin ZP, putra Zainal Abidin (ZA) Pagaralam, Jumat (9/3).
Anshori Djausal, budayawan, juga penulis biografi ZA Pagaralam, mengatakan, terlepas dari persoalan kepentingan politik, Pagaralam layak mendapat penghormatan, salah satunya pendirian monumen.