Agus Tamin, Kepala Jaga Harian Badan SAR Nasional, dihubungi Senin (12/3), mengatakan, tim SAR sulit menembus medan lokasi pencarian akibat angin kencang dan ombak tinggi.
”Tim SAR gabungan belum bisa tembus. Kapal tongkang bantuan (milik PT Pertamina) pun tak sanggup menembus medan karena ombak tinggi, sampai 6 meter dan kecepatan angin serta arus 55 knot,” kata Agus.
Sulitnya mencari kapal tenggelam yang berangkat dari Madura, Jatim, itu dibenarkan Koordinator Badan SAR Nasional Pos SAR Lampung Andri Andi. ”Kami sempat berangkat dengan tugboat Pertamina di Kota Agung (Tanggamus), tapi 17 mil laut dari Bengkunat kami balik lagi karena gelombang tinggi,” katanya.
Upaya pencarian dengan menggunakan helikopter pun juga sulit dilakukan. ”Kecepatan angin di sana hari ini hingga 55 knot. Helikopter kami, Bolco 105, tidak bisa menembus angin sekencang ini. Batas toleransi heli ini hanya 20 knot,” tutur Andri.
Alternatifnya, Badan SAR Nasional kini tengah melobi TNI AL untuk meminjamkan kapal perang yang bisa menembus medan berat seperti Samudra Hindia.
Hingga kemarin masih simpang siur soal kepastian waktu dan lokasi tenggelamnya kapal itu. Satu korban selamat, Nanda Saputra, anak buah kapal Serunting I, kondisinya masih labil dan belum bisa memberikan keterangan karena trauma.
Kepada polisi, Nanda mengaku sempat terdampar di laut tiga hari menggunakan perahu darurat sebelum terdampar dan ditemukan warga di Teluk Belimbing, Lampung Barat, Kamis (8/3).
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Lampung Ajun Komisaris Besar Sulistyaningsih mengatakan, kapal kargo pengangkut garam itu diduga tenggelam akibat diterjang ombak tinggi setelah sebelumnya sempat bocor lambung.
Direktur Kepolisian Air Polda Lampung Komisaris Besar Edion menuturkan, pada Selasa (6/3) berdasarkan keterangan dari Syahbandar Kota Agung, Tanggamus, Lampung, nakhoda kapal itu sempat melakukan kontak. Lalu pada Rabu (7/3) kapal naas ini diketahui berada di dekat perairan Krui, Lampung Barat.