Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perdagangan Beras Tertahan

Kompas.com - 12/03/2012, 03:16 WIB

Solo, Kompas - Arus perdagangan beras dari petani sampai ke pasar ataupun ke Perum Bulog pada panen raya kali ini tertahan di berbagai tingkatan. Hal itu berdampak pada harga beras di pasaran yang lebih tinggi Rp 100 sampai Rp 200 per kilogram dari harga pembelian pemerintah.

Pemerintah menetapkan HPP beras tahun ini Rp 6.600 per kg. Hambatan arus perdagangan beras terjadi sebagai akibat ketidaksiapan penanganan pascapanen. Ketidaksiapan itu mulai dari kesulitan tenaga kerja saat panen, pengeringan, proses produksi, hingga perbankan.

Hal itu terungkap saat Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso mengunjungi sejumlah sentra produksi beras sejak 8 Maret sampai Sabtu (10/3) di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kegiatan ini untuk memastikan kesiapan Perum Bulog membeli beras sekaligus membangun kerja sama multikemitraan. Kerja sama dilakukan mulai dengan pengusaha penggilingan skala besar, skala kecil, gabungan kelompok tani, kelompok tani, hingga para penebas.

Berbagai masalah di lapangan terungkap. Panen padi pada musim hujan tahun ini lebih baik daripada tahun lalu. Produktivitas tanaman padi per hektar meningkat dengan kadar rendemen lebih tinggi dari 2011. Masalah justru pada pascapanen.

Sukemi, pemilik Penggilingan Beras Tongtim di Klaten, Jawa Tengah, mengatakan, di gudangnya saat ini menumpuk lebih dari 100 ton gabah kering panen dengan kadar air di atas 25 persen.

”Beras masuk terus karena saya punya penebas banyak, tetapi enggak bisa mengeringkan,” kata Sukemi. Kalaupun bisa mengeringkan, tenaga kerja untuk lembur di penggilingannya tidak ada. ”Semua lagi panen, punya kerjaan sendiri-sendiri,” katanya.

Ongkos tenaga kerja

Masalah yang sama diungkapkan Sri Budiningsih, pengusaha Penggilingan Beras Putra Tani di Boyolali, Jawa Tengah. Selain kendala pengeringan, pengusaha penggilingan padi ini juga mengalami keterbatasan tenaga kerja untuk panen.

”Ongkos tenaga kerja naik dua kali lipat,” katanya.

”Kalau dulu buruh panen mau dibayar per kuintal, sekarang per patok (sekitar 2.400 meter persegi) minta Rp 300.000,” ujar Sri Budiningsih.

Ongkos tenaga kerja juga meningkat, sekarang mencapai Rp 30.000 per orang setiap hari. Biaya tersebut belum untuk rokok dan makan bagi tenaga kerja. ”Kalau disuruh lembur enggak mau. Padahal, kalau mau lembur, aliran beras jadi lebih lancar,” kata Sri.

Persoalan juga dialami petani di Jombang, Jawa Timur. Antusiasme petani di Kecamatan Megaluh, Jombang, memasok beras ke Bulog besar, tetapi tidak tahu prosedurnya. Sekalipun itu kelompok tani atau gabungan kelompok tani, mereka juga tidak tahu. Bimbingan penyuluh pertanian lapangan tak sampai ke sana. ”Kami mau memasok ke Bulog, tetapi tidak tahu caranya,” kata Hadi, petani di Megaluh.

Kepada mereka, Sutarto menggali berbagai persoalan. Ia memastikan Bulog di garis depan bisa bekerja dengan baik. ”Kalau ada yang macam-macam atau menitip fee (imbalan), lapor kepada saya,” katanya. (MAS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com