Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setengah Mati Hidup di Perbatasan

Kompas.com - 29/02/2012, 10:00 WIB

Oleh Erwin Edhi Prasetya

KOMPAS.com — Wina Mayua (32) tampak lemas setelah melahirkan anaknya yang keenam, Senin (20/2). Ia memakai kaus kumal, duduk dengan kaki kanan ditekuk dan kaki kiri selonjor.

Di depannya, bayi laki-laki yang baru berumur tujuh jam tidur berselimutkan kain seadanya, beralaskan kulit pohon bus. Si bayi siang itu tidur bukan di atas dipan di dalam rumah, melainkan di atas tanah di halaman belakang rumah orangtuanya. Di samping kiri si bayi, asap dari perapian kecil terus-menerus mengepul. Hanya ada atap terpal berwarna biru yang melindungi ibu dan bayinya dari panas dan hujan.

Adalah tradisi suku Kanum di Kampung Yanggandur, Distrik Sota, Merauke, Papua, di perbatasan Indonesia-Papua Niugini (PNG) ini bahwa perempuan harus melahirkan di sebuah gubuk kecil atau tenda seadanya di belakang rumah, terpisah dari rumah utama. Warga menyebutnya kandang hina.

Ibu dan bayi akan tinggal di kandang hina itu selama seminggu atau sampai tali pusar si bayi terlepas dan lukanya mengering. Kaum laki-laki dewasa, termasuk ayah si bayi, tak boleh masuk kandang hina untuk menjenguk istri dan anaknya.

"Pemali," ungkap Kasimirus Sanggra, tokoh adat suku Kanum, Kampung Yanggandur, yang juga ketua polisi adat. Hanya kaum perempuan yang boleh menemani ibu dan si bayi.

Di Kampung Yanggandur memang sudah ada puskesmas pembantu, tetapi lebih sering tutup daripada dikunjungi bidan, mantri kesehatan, apalagi dokter. Puskesmas Pembantu Yanggandur sering kali hanya buka sebulan atau bahkan dua bulan sekali. Dua anak berumur 3 dan 5 tahun, selama Januari-Februari 2012, menjadi korban. Keduanya meninggal akibat sakit muntaber dan terlambat mendapat pertolongan medis.

Tidak dapat dibantah, wilayah perbatasan itu masih saja terabaikan. Masyarakat perbatasan harus berjuang setengah mati untuk mempertahankan hidup mereka....

 

Artikel selengkapnya di Harian Kompas edisi Rabu (29/2/2012).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com