Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanjungpinang Ingin Populerkan Kermbali Mak Yong

Kompas.com - 26/02/2012, 01:55 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com--Wali Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau, Suryatati A Manan, mengatakan Kota Tanjungpinang, bekerja sama dengan Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) ingin kembali mengangkat kesenian tradisional Mak Yong yang hampir punah.

"Hal itu adalah salah satu fokus dalam Seminar Internasional VIII dan Festival Tradisi Lisan yang digelar di Tanjungpinang pada 24-26 Mei," kata kata Suryatati dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat.

Seminar internasional, menurut dia, diadakan dalam rangkaian program Revitalisasi Budaya Melayu (RMB) ke-3. Mak Yong adalah seni teater tradisional masyarakat Melayu. Dulu, pertunjukan Mak Yong diadakan di pematang sawah seusai panen padi.

Budayawan asal Riau, Al Azhar, mengatakan bahwa selain menjadi tradisi lisan di Kepulauan Riau, rupanya dramatari Mak Yong juga dikenal di Malaysia. "Mak yong juga dipentaskan di beberapa negara bagian seperti Terengganu, Pattani, Kelantan, dan Kedah," kata Al Azhar.

Menurut Al Azhar, kebudayaan Mak Yong di Mantang, Kepulauan Riau adalah yang paling terancam punah dibanding yang ada di Malaysia. "Kalau di Kelantan, sejak abad 19 Mak Yong telah dilestarikan oleh pihak istana, dan budaya itu tumbuh subur di sana," kata dia.

Al Azhar mengatakan, seni Mak Yong di Kepulauan Riau sudah hampir punah, banyak praktisi Mak Yong yang telah wafat sebelum sempat mewariskan pengetahuannya. "Berbeda dengan budaya pantun yang masih bisa bertahan hingga sekarang, budaya Mak Yong tidak melekat pada tradisi lain seperti upacara siklus kehidupan, oleh karena itu perlu dilakukan tindakan khusus untuk melestarikannya," kata dia.

Terakhir, terkait dengan semakin terancamnya budaya Melayu di negeri ini, Wali Kota mengingatkan para generasi muda untuk terus mencintai dan mempelajari budaya bangsa. "Selain bergelut dengan budaya asing yang merasuk dengan cepat, kita harap para pemuda juga mempelajari dan menghayati serta mengamalkan budaya tradisi yang masih sesuai dengan perkembangan zaman sehingga bisa menjadi benteng moral mereka dalam menghadapi arus budaya global," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com