Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyu Hijau Terancam

Kompas.com - 09/02/2012, 20:34 WIB
Harry Susilo

Penulis

TANJUNG REDEB, KOMPAS.com — Populasi penyu hijau (Chelonia mydas) di Kepulauan Derawan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, terus menurun sejak tujuh tahun lalu. Keberadaan satwa langka ini terancam karena ulah manusia dan dampak pariwisata.

Berdasarkan monitoring WWF terhadap penyu hijau di Derawan, jumlah penyu hijau yang bertelur di Derawan trennya menurun pada 2004-2011.

Pada tahun 2004 misalnya, terdapat 403 ekor penyu yang bertelur, kemudian menjadi 340 ekor pada 2008, 224 ekor (2009), 231 ekor (2010), dan 259 ekor (2011).

Turunnya jumlah penyu yang bertelur ini, juga seiring dengan jumlah penyu yang naik untuk beristirahat ke Derawan. Pada 2004 jumlah penyu yang naik ke pulau 202 ekor, menjadi 229 ekor (2008), kemudian 178 ekor (2009), 160 ekor (2010), dan 243 ekor (2011).

Site Coordinator Marine Program World Wildlife Fund (WWF) Indonesia di Berau, Rusli Andar, Kamis (9/2/2012), mengatakan, pemicu turunnya populasi penyu hijau di Kepulauan Derawan adalah pemanfaatan telur penyu untuk dijual, penangkapan penyu dewasa yang daging, karapas, dan kulitnya dimanfaatkan untuk dijadikan cenderamata, serta penggunaan penyu hijau yang diformalin dan dijual ke luar negeri.

Berdasarkan pantauan, di Pulau Derawan masih banyak warga yang menjual cenderamata seperti gelang, cincin, dan gantungan kunci yang berasal dari kulit penyu. Ada juga pajangan berupa penyu yang dikeraskan.

"Penjualan cenderamata memang menjadi gantungan perekonomian penduduk. Tapi dengan membunuh penyu tidak bisa dibenarkan," kata Andar.

Peter Subway, salah satu wisatawan asal Jerman, menyayangkan adanya cenderamata yang berasal dari penyu dan dijual secara bebas.

Keberadaan penyu hijau justru menjadi salah satu daya tarik Derawan, selain karena hewan itu dilindungi. "Seharusnya warga bisa menjual cenderamata lain seperti kaus atau pajangan yang bukan dari penyu," ucap Peter.

Menurut Andar, aktivitas pariwisata yang massif juga mengancam populasi penyu, seperti pembangunan resor dan rumah penduduk di tepi pantai, karena menggeser tempatnya biasa bertelur.

"Di daerah tempat penyu makan juga banyak yang dibom atau rusak karena terkena baling-baling kapal yang lalu lalang mengangkut turis," ucap Andar.

Selain di Pulau Derawan, penyu hijau biasanya juga bertelur dan beristirahat di Pulau Sangalaki, Bilang-Bilangan, dan Maratua. Selain penyu hijau, ada juga penyu sisik (Erethmochelys fimbriata) yang bertelur di Kepulauan Derawan. Namun, sejak 2005 keberadaannya makin sulit ditemui.

Bupati Berau, Makmur, mengatakan, pemerintah kabupaten sedang menyusun rencana tata ruang Berau, yang di dalamnya mengatur zonasi untuk konservasi di Kepulauan Derawan, termasuk untuk menjaga penyu dan terumbu karang dari aktivitas manusia.

Makmur menambahkan, Pemkab Berau telah lama melarang penjualan telur penyu sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Berau Nomor 660/2346-UM/XII/2001 yang isinya berupa larangan mengeksploitasi dan memanfaatkan telur penyu. Namun belum ada aturan yang melarang pemanfaatan penyu yang dijadikan cenderamata.

Seperti diketahui, penyu hijau merupakan hewan terancam punah dan dilindungi oleh pemerintah melalui Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati.

Pemerintah Indonesia juga telah meratifikasi Konvensi Perdagangan Internasional Tumbuhan dan Satwa Liar Spesies Terancam (CITES) dan penyu masuk dalam status Appendix 1.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com