Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bulohseuma dan Harapan (Pilkada) yang Retak

Kompas.com - 01/02/2012, 19:25 WIB
Mohamad Burhanudin

Penulis

Di tengah kemelut politik tersebut, gangguan keamanan mengintai. Penembakan demi penembakan terjadi. Tensi ketegangan dan kecurigaan antarelite meningkat. Sesuatu yang kian menjauhkan dari darma utama mereka, yaitu menciptakan keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat.

Anggaran APBD terlambat dibahas. Program-program pembangunan terbengkalai, serta pengangguran meledak. Dan, Bulohseuma kian terpinggirkan.

Nasrudin tersenyum kecut saat Kompas bertanya, apa harapannya terhadap pilkada di Aceh yang sedianya akan digelar April 2012 nanti. Saya tak bisa berharap apa pun lagi, jawabnya singkat.

Untuk menggelar pilkada saja para elite kekuasaan tersebut tak mampu membangun solusi bersama, apalagi menyejahterakan masyarakat. Komitmen mereka sebagai pejabat lebih pada perjuangan kekuasaan, bukan menyejahterakan rakyat itu sendiri.

Dilusi
Sistem elektoral dalam transisi demokrasi di Aceh saat ini seakan mengedepankan sebuah dilusi klasiknya, penyanderaan kepentingan rakyat oleh elite-elite yang mewakili mereka secara prosedural.

Elite politik saling teriak, jegal, dan provokasi, mengatasnamakan rakyat Aceh, demi damai, yang sebenarnya tak lebih dari perjuangan kekuasaan mereka menggamit hasil paling memuaskan dalam pilkada.

Dalam dilusi itu, proses sosial politik yang terjadi di Aceh saat ini menghadirkan harapan-harapan retak di masyarakat. Kebingungan, ketakutan, dan kekecewaan yang disulut oleh ulah elite bertumpuk dengan persoalan kesejahteraan yang kian terpuruk.

Bulohseuma adalah satu contoh dari demikian banyak harapan yang kian retak di tengah deru kemelut ini di Aceh. Oleh karena itu, jika tak segera muncul kesadaran para elite akan tugas ideal mereka, Pilkada Aceh tak lebih hanya akan menjadi drama atas makin retaknya harapan rakyat.

Dan, jangan heran, bila kita akan segera mendengar kecaman seperti yang pernah diutarakan novelis, Pemenang Nobel, Saramago: Pemihan umum telah jadi representasi komedi absurd, yang memalukan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com