Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bulohseuma dan Harapan (Pilkada) yang Retak

Kompas.com - 01/02/2012, 19:25 WIB
Mohamad Burhanudin

Penulis

Warga harus berjalan kaki atau mengendarai sepeda motor di atas pasir laut yang kerap tak bisa dilalui karena amukan gelombang laut. Tak heran, terkurung selama berhari-hari sudah akrab dengan mereka saat cuaca buruk tiba. Tak heran pula, hampir setiap orang di Aceh Selatan memandang warga Bulohseuma sebagai warga terpencil.

Ketiadaan akses jalan bukan persoalan satu-satunya. Sejak permukiman itu ada, jaringan listrik tak pernah hadir. Kegelapan selalu mewarnai malam-malam warga. Hanya pelita lampu minyak sebagai penerangan. Kehidupan warga nyaris berhenti total saat petang tiba.

Keterbatasan itu juga berdampak pada tingginya angka keluarga prasejahtera di desa ini. Keuchik Desa Kutapadang, Abdul Manaf, mengungkapkan, sekitar 85 persen keluarga di Desa Kutapadang masuk kategori prasejahtera, lalu di Desa Rakit sekitar 30 persen, dan di Desa Gampong Tengoh mencapai 90 persen.

Angka buta huruf pun cukup tinggi. Di Desa Kutapadang diperkirakan mencapai 60 persen, lalu di Desa Rakit 40 persen, sedangkan di Desa Gampong Tengoh mencapai 60 persen. Mereka yang buta huruf tersebut rata-rata adalah warga di atas 35 tahun. Hal ini terjadi karena sekolah dasar dan menengah pertama baru ada di wilayah ini dalam beberapa tahun terakhir.

Angka putus sekolah tergolong tinggi, khususnya dari lulusan sekolah dasar ke sekolah menengah pertama. Apalagi dari lulusan sekolah menengah pertama ke menengah atas. Hanya sekitar 70 persen lulusan sekolah dasar yang melanjutkan ke jenjang SMP. Dan, hanya 25 persen lulusan SMP yang melanjutkan ke jenjang SLTA.

Dalam ujian nasional tingkat SMP lalu, 100 persen siswa gagal lulus. Beruntung dalam ujian susulan mereka dapat lulus.

Layanan kesehatan pun penuh keterbatasan. Ada dua bangunan klinik kesehatan masing-masing di Desa Kutapadang dan Rakit. Namun, dua bangunan itu terbengkalai. Ketiadaan petugas medis dan sarana pendukung layanan kesehatan di klinik membuat bangunan itu tak difungsikan.

"Sering ada ibu melahirkan meninggal karena tak bisa dibawa ke rumah sakit," kata Manaf.

Kemelut pilkada
Jauh dari Bulohseuma, di Tapaktuan, Banda Aceh, dan Jakarta, para elite politik yang semestinya mengurus dan memperhatikan nasib mereka lebih disibukkan dengan jibaku politik tanpa ujung. Saling gugat, debat, telikung, hingga provokasi lebih mengemuka dalam drama sandiwara bernama Pilkada Aceh.

Jadwal pilkada ditunda hingga lima kali. Aturan perundangan, putusan hukum, dan kompromi semu tak pernah cukup memuaskan dahaga kekuasaan mereka. Polemik yang merenggut hampir semua kesadaran dan perhatian para elite politik di Aceh untuk menyejahterakan masyarakat yang mereka pimpin, termasuk daerah tertinggal seperti Bulohseuma.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com