Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Sukabumi, Harumkan Hindia Belanda

Kompas.com - 08/01/2012, 02:49 WIB

Kembali ke Indonesia pada awal abad ke-20, Gamelan Sari Oneng tetap digunakan dalam berbagai acara priayi dan pembesar Belanda. Baru saat Jepang datang ke Indonesia tahun 1942, keberadaan Sari Oneng mendapat ancaman.

Dengan alasan keterbatasan bahan pembuatan senjata untuk perang, Jepang menginstruksikan melebur semua bahan logam termasuk gamelan. Bupati Sukabumi saat itu, Raden Aria Adipati Soeridanoeningrat, berinisiatif menyembunyikan Sari Oneng. Atas jasanya itu, Administratur Parakan Salak MOA Huguenin menghibahkan gamelan kepada Soeriadanoeningrat tahun 1957. Oleh ahli waris Soeriadanoeningrat, Sari Oneng disimpan di Museum Geusan Ullun sejak tahun 1975.

Butuh perhatian

Ada cerita menarik di balik kepulangannya dari keliling Eropa. Salah satu gong, bergaris tengah 92 cm dengan berat 30 kg, yang dinamakan Goong Ageung tertinggal di Belanda. Baru April 1989, gong perunggu ini dikembalikan. Kabarnya, saat disimpan di Tropen Museum, gong selalu berbunyi dan membuat takut pengelola museum.

Akan tetapi, Gumilar Danoeningrat, anak mantan Bupati Soeriadanoeningrat yang hadir dalam pengembalian gong, mengatakan, gong diberikan kepada MOA Huguenin tapi dikembalikan tahun 1989.

Kini, Sari Oneng jarang digunakan lagi. Dari pentas keliling Eropa, Sari Oneng hanya dipakai mengiringi kursus menari anak- anak di Museum Geusan Ulun. Pertunjukan besar terakhir Sari Oneng saat mengiringi ulang tahun perkawinan ke-60 Soeriadanoeningrat, 36 tahun lalu.

Beberapa alat musik digerogoti usia dan tak lengkap lagi, seperti saron dan bonang yang kehilangan logam sumber bunyi. Gumilar berharap perhatian besar pemerintah ikut mengusahakan yang terbaik bagi Sari Oneng, termasuk tempat penyimpanan yang representatif.

Gumilar juga ingin Sari Oneng digunakan lagi dalam acara penting di Jawa Barat. Selain bisa menjaga kekuatan dan kualitas gamelan, bukan tidak mungkin magi sukses Sari Oneng di perhelatan internasional tempo dulu terulang kembali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com