Purwakarta, Kompas -
Sejumlah petani menduga, harga anjlok akibat membanjirnya manggis dari beberapa sentra di Indonesia, seperti Ciamis dan Tasikmalaya (Jawa Barat) serta Pandeglang (Banten). Pada saat yang sama permintaan relatif rendah, antara lain karena pemasok eksportir belum menyerap hasil panen petani.
Adis Budiana (60), petani di Desa Babakan, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta, Selasa (20/12), mengatakan, panen dimulai sejak November 2011. Namun, buah yang dipanen baru 2-5 persen dari potensi produksi musim ini. Panen dalam jumlah besar diperkirakan terjadi pada Januari-Februari 2012.
”Awal bulan lalu harganya masih Rp 9.000 per kilogram, tetapi berangsur turun jadi Rp 3.000 per kilogram seiring meluasnya panen. Tahun lalu, mayoritas petani tak panen karena cuaca mengganggu proses pembuahan. Dengan produksi yang lebih baik tahun ini, petani berharap harga tak terus turun,” tambah Adis.
Rahmat (59), petani manggis di Desa Wanasari, Kecamatan Wanayasa, memperkirakan produksi manggis dari satu pohon usia 60-100 tahun berkisar 3-4 kuintal musim ini. Produksi itu jauh lebih tinggi dibandingkan musim lalu yang hanya beberapa kilogram per pohon. Sebagian pohon bahkan tak berbuah.
Adis dan Rahmat menyatakan, meski harga anjlok, petani tetap menjual hasil panennya karena manggis tak bisa disimpan lama. Petani juga tak punya alternatif penjualan selain ke tengkulak yang rajin datang ke kebun. ”Berapa pun harga yang disebut tengkulak, petani menerima saja,” kata Rahmat.
Jabar merupakan pemasok utama manggis di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik Jabar, dari 112.722 ton produksi manggis Indonesia tahun 2007, 60.277 ton atau 53,4 persen di antaranya dihasilkan dari Jabar, khususnya dari Kabupaten Tasikmalaya, Ciamis, Purwakarta, Subang, dan Bogor.