Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Luas Lahan Garam Jadi Kendala Produksi

Kompas.com - 10/12/2011, 05:34 WIB

Sampang, Kompas - Petani garam saat ini pada umumnya belum mampu memproduksi garam dengan baik. Minimnya lahan yang dimiliki petani atau hanya 3 hektar-5 hektar mempersulit produktivitas mereka untuk memproduksi garam berkualitas. Hal itu ditambah dengan alih fungsi lahan yang tidak terhindarkan.

Menteri Perindustrian Mohamad S Hidayat dalam kunjungan kerja ke industri garam PT Garam (Persero) di Sampang, Madura, Jawa Timur, Jumat (9/12), menyatakan, Kementerian Perindustrian memerlukan dukungan DPR untuk kebijakan anggaran tahun 2012, mengingat kebutuhan garam akan terus meningkat.

Hidayat menjelaskan, kebutuhan garam yang terus bergantung pada impor, khususnya untuk industri kimia, membutuhkan dukungan politis. Sebanyak 15 anggota DPR diajak untuk meninjau industri garam di Sampang, Madura, Jawa Timur.

”Saya sengaja membawa anggota DPR sebab produksi garam nasional tidak mencukupi. Butuh penyikapan politis supaya kita bisa perlahan-lahan melepaskan diri dari ketergantungan impor,” tutur Hidayat.

Kebutuhan garam di Indonesia, baik untuk konsumsi maupun industri, terus meningkat. Hal itu sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan industri. Kebutuhan saat ini mencapai sekitar 3,1 juta ton. Pemerintah memprediksi, kebutuhan meningkat mencapai 4 juta ton pada 2015.

Pengendalian impor garam untuk kebutuhan konsumsi telah dilakukan demi melindungi produksi dalam negeri dan pengendalian harga. Impor garam tahun 2008 hanya 88.500 ton dan tahun 2009 sebanyak 99.000 ton. Akibat anomali cuaca tahun 2010, produksi garam nasional hanya mencapai 30.600 ton sehingga sebagian besar garam untuk konsumsi terpaksa diimpor.

Secara terpisah, Ketua Asosiasi Petani Garam Indonesia Sampang Gada Rahamtullah, seperti dikutip Antara, mengatakan, petani penting dilibatkan dalam tahapan penentuan kebijakan impor garam, mengingat keberadaan garam impor bisa berpengaruh terhadap nilai jual garam lokal. (OSA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com