Banyuwangi, Kompas -
Mulai bergairahnya industri perikanan terlihat dari banyaknya kapal-kapal nelayan yang kini mulai beroperasi kembali. Sebelumnya saat paceklik, kapal yang berjumlah ratusan itu hanya bersandar di pelabuhan dan hanya melaut sesekali. Kini kapal-kapal tersebut datang dengan membongkar muatan ikan yang mereka peroleh di selat Bali.
Suasana pasar ikan pada Rabu (30/11) juga terlihat ramai dengan ratusan pedagang, buruh pengangkut ikan, hingga pembeli dari berbagai daerah. Pabrik es, cold storage atau tempat penyimpanan ikan yang dulu sepi, kini juga dipenuhi para pekerja.
Sujatim (45), nelayan yang bekerja di kapal jenis slereg, mengatakan, tangkapan ikan dua pekan terakhir sangat tinggi. Dalam semalam, kapalnya bisa membawa ikan jenis lemuru sebanyak 20 ton. Saat paceklik lalu biasanya ia hanya mendapatkan 2 ton ikan.
Banyaknya tangkapan menguntungkan para pekerja pabrik pendingin ikan. Dedi (20), karyawan dari Sinar Bahari cold storage, mengatakan, perusahaannya telah menambah karyawan untuk mengepak ikan-ikan yang hendak dibekukan. Jika dulu mereka hanya mengoperasikan 25 persen dari kapasitas penyimpanan, kini setidaknya 80 persen kapasitas cold storage telah terisi ikan lokal.
Satromi (33), buruh pengangkut ikan, juga bisa kembali bekerja setelah hampir dua tahun menganggur. Menurut Satromi, pendapatannya bisa mencapai Rp 50.000-Rp 80.000 per hari.
Namun, panen di Muncar membuat harga berbagai jenis ikan anjlok. Harga ikan tongkol bahkan mencapai titik terendah dalam dua tahun terakhir, yakni Rp 4.000 per kilogram (kg) dari harga sebelumnya yang mencapai Rp 11.000 per kg. Menurut Abidin, Kepala Tempat Pelelangan Ikan Muncar, kondisi perikanan laut tidak bisa ditebak.
Sementara itu, puluhan nelayan di pesisir Galesong, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, sekitar 30 kilometer arah selatan Kota Makassar, kesulitan mendapatkan solar. Minimnya jatah solar menyebabkan sebagian besar nelayan hanya melaut selama 10-15 hari dalam sebulan.
Kepala Seksi Pengembangan Masyarakat Pesisir Dinas Kelautan dan Perikanan Sulsel Andi Chairul mengatakan, kesulitan mendapatkan solar dialami seluruh nelayan di Sulsel.
Sales Representatif PT Pertamina Regional VII Makassar, Muhammad Iswahyudi, mengatakan, pihaknya telah meningkatkan kuota solar bersubsidi bagi nelayan di Sulsel 6-7 persen pada 2010 dan 2011. ”Kami upayakan agar tahun depan lebih besar meskipun prosesnya tidak mudah,” ungkapnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanKunjungi kanal-kanal Sonora.id
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.