Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BPS: November, Kecil Kemungkinannya Deflasi Lagi

Kompas.com - 28/11/2011, 07:08 WIB
Ester Meryana

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Deputi Bidang Statistik, Distribusi, dan Jasa Badan Pusat Statistik, Djamal, memperkirakan kecil kemungkinannya terjadi deflasi pada bulan November. Ini karena adaya kenaikan harga komoditas yang punya porsi besar terhadap angka inflasi atau deflasi. "Ya November ini kan tinggal tunggu seminggu datanya kan. Tapi dari 3-4 minggu yang ada itu memang beberapa komoditas harganya naik seperti komoditas beras ya kan, cabai merah, cabai keriting masih naik," ujar Djamal, pada workshop wartawan, di Bandung, akhir pekan lalu.

Menurut Djamal, beras tersebut punya bobot penimbang yang besar terhadap angka inflasi atau deflasi yakni 5,25 persen pada Oktober 2011. Hingga kini harga beras telah naik 2 persen. Adapun, harga daging juga naik tapi sumbangannya kecil terhadap angka tersebut. Sehingga, ia mengira kemungkinan terjadinya deflasi kecil, kecuali ada komoditas penting, seperti emas, yang harganya turun signifikan. "Kalau nggak ada sesuatu yang menarik ke bawah, kemungkinan itu terjadi inflasi. Tapi berapanya saya nggak bisa tahu," ucap Djamal.

Selama 4 minggu terakhir, kata dia, komoditas yang mengalami deflasi memang ada tapi porsinya kecil yakni tahu dan bawang merah. Tidak sebesar beras. "Nah kalau tidak ada komoditas lain yang administered maupun yang core (inflasi inti) yang punya penimbang besar itu turun signifikan. Dugaan kita, kalau kita boleh menduga dari series tadi mungkin kecil kemungkinannya deflasi lagi," ucap Djamal.

Pada Oktober terjadi deflasi sebesar 0,12 persen. Deflasi terjadi karena harga emas perhiasan turun 0,11 persen, sekalipun beras naik 0,08 persen. Dari angka deflasi tersebut, ia menduga inflasi November tidak sampai 0,7-0,8 persen. "Saya kira gini untuk dari deflasi 0,12 persen (pada Oktober) untuk menjadi inflasi 0,6 persen (pada November), ini diperlukan suatu kenaikan yang tinggi," ujarnya.

Sedangkan Desember, Djamal menyebutkan, biasanya angka inflasi lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Ini dipengaruhi oleh adanya perayaan Natal dan Tahun Baru. Beras pun bisa menjadi pendorong karena musim panen yang mulai habis. Namun, jelas dia, kenaikan harga beras mungkin tidak besar, sekalipun diprediksi di atas 2 persen, karena masuknya beras impor dari Vietnam.

Selain kenaikan harga komoditas, inflasi pada akhir tahun juga bisa dipengaruhi oleh lambatnya penyerapan anggaran APBN. Sehingga pencairan terjadi di akhir tahun. "Mendorong inflasinya bisa muncul tapi tidak otomatis," ungkap Djamal. Dengan begitu, jika terjadi inflasi sebesar 0,6 persen selama dua bulan terakhir ini, maka inflasi nasional pada akhir tahun sekitar 4 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com