”Kita melihat sekarang kebutuhan infrastruktur listrik sedang sangat dibutuhkan sehingga baik investor asing maupun dalam negeri banyak yang masuk ke listrik,” kata Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) MM Azhar Lubis, di Jakarta, Kamis (20/10).
Total realisasi penanaman modal pada Januari-September 2011 adalah Rp 181 triliun atau naik 20,9 persen dibandingkan dengan Januari-September 2010 sebesar Rp 149,6 triliun. Dari total penanaman modal itu, penanaman modal asing (PMA) Januari-September 2011 sebesar Rp 129 triliun dan penanaman modal dalam negeri (PMDN)
Realisasi PMDN berdasarkan sektor usaha yang terbesar pada periode tersebut adalah sektor tanaman pangan dan perkebunan, yaitu Rp 8,3 triliun. Realisasi PMA terbesar berdasarkan sektor usaha adalah sektor pertambangan, yaitu 3,4 miliar dollar AS.
Realisasi PMDN sektor listrik, gas, dan air selama Januari-September sebesar Rp 5,2 triliun atau 10,4 persen dari total realisasi. Realisasi PMA sektor listrik, gas, dan air pada periode yang sama sebesar 1,16 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau 8,1 persen dari total realisasi.
Minat investor di listrik itu, antara lain, terlihat ketika pada akhir Agustus 2011, mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair mengunjungi Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa di Jakarta. Salah satu hal yang dibicarakan adalah tentang kemungkinan kerja sama pembangunan pembangkit listrik berdaya kecil di sejumlah daerah di Indonesia bagian timur.
Secara terpisah, ekonom Institute for Development of Economics and Finance, Avilliani, menilai, di tengah situasi krisis utang di Eropa dan krisis ekonomi di AS yang terus berlangsung saat ini, Indonesia menjadi negara paling menarik, terutama pasarnya.
”Kondisi ini memberikan peluang Indonesia untuk menarik investasi guna mendorong pembangunan,” kata dia.