Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Bung Karno di Bengkulu Telah Rapuh

Kompas.com - 11/10/2011, 19:54 WIB

BENGKULU, KOMPAS.com — Rumah pengasingan Bung Karno di Jalan Soekarno-Hatta, Kelurahan Anggut Atas, Kota Bengkulu, perlu perbaikan karena material bangunan sudah rapuh dimakan usia.

"Hampir 80 persen kondisi struktur bangunan perlu direhab karena sebagian sudah keropos dimakan usia," kata juru pelihara rumah bersejarah tersebut, Yaman, di Bengkulu, Selasa (11/10/2011).

Ia mengatakan, rehab terakhir terhadap rumah yang ditempati Bung Karno bersama istrinya, Inggit Ganarsih, pada 1938 hingga 1942 tersebut dilakukan pada 2005.

Perbaikan pada waktu itu tidak mencakup renovasi secara total, hanya dicat ulang dan perbaikan taman. "Kalau hujan, atap di beberapa titik bocor sehingga mempercepat kerusakan bangunan," katanya.

Sejumlah kusen atau tiang penyangga utama juga sudah lapuk dimakan rayap sehingga Yaman khawatir rumah itu ambruk.

Pelapukan termasuk di satu kusen panjang penopang langit-langit di ruang tidur Ratna Djuami yang merupakan anak angkat Inggit Ganarsih. Kusen tersebut terlihat nyaris patah.

Bahkan, satu jendela di kamar depan tempat sepeda ontel milik Bung Karno dipajang tidak bisa dibuka dan ditutup karena tiang penyangga sudah keropos. "Kalau dibuka, jendela langsung lepas. Terpaksa, jendela dipaku dan tidak bisa dibuka lagi," tambahnya.

Rumah yang pernah ditempati Bung Karno bersama istrinya tersebut adalah milik seorang saudagar berdarah Tionghoa.

Pada masanya, rumah tersebut merupakan salah satu rumah termewah dengan sentuhan arsitektur gaya Eropa dan China.

Di rumah itu pula Soekarno untuk kali pertama bertemu Fatmawati, putri tokoh Muhammadiyah Bengkulu, yang dinikahinya setelah resmi bercerai dari Inggit Ganarsih.

Yaman mengatakan, meski kondisi bangunan sudah keropos dan bisa ambruk sewaktu-waktu, tingkat kunjungan ke rumah bersejarah itu masih tinggi. Hal itu terutama pada musim libur sekolah dan hari besar keagamaan.

"Hasil pendapatan dari pengunjung yang dipunguti retribusi Rp 2.500 per orang kami gunakan untuk pemeliharaan rumah, termasuk halaman yang cukup luas," katanya.

Ia mengatakan sudah menyampaikan kondisi rumah tersebut beserta fotonya kepada Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi (BP3 Jambi). Namun, hingga saat ini belum ada tanggapan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com