Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kampus UNG Bentuk Tim Pencari Fakta

Kompas.com - 05/10/2011, 05:06 WIB

GORONTALO, KOMPAS - Universitas Negeri Gorontalo di Gorontalo membentuk tim pencari fakta untuk mengusut tuntas penyebab tawuran massal yang melibatkan ratusan mahasiswa. Pimpinan universitas juga telah menyiapkan sanksi pemecatan bagi mahasiswa yang terbukti terlibat.

Jumlah mahasiswa yang cedera mencapai 11 orang, dua di antaranya kritis. Mereka kini dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Aloei Saboe, Kota Gorontalo.

Rektor Universitas Negeri Gorontalo (UNG) Syamsu Qamar Badu, Selasa (4/10) sore, menegaskan, pihaknya sudah membentuk tim pencari fakta yang beranggotakan sembilan orang di bawah koordinasi Pembantu Rektor III. Tim tersebut bertugas mencari dalang tawuran sekaligus memberi rekomendasi sanksi yang akan dijatuhkan dan membuat laporan tertulis tentang kronologi kejadian itu.

Terhadap mahasiswa yang terlibat, Syamsu menyiapkan penskorsan dan pemecatan. Selain itu, mahasiswa yang terbukti bersalah akan diajukan ke pengadilan untuk diproses secara pidana. Pihak kampus juga akan menuntut ganti rugi material kepada mahasiswa pelaku pembakaran dan perusakan kampus.

”Sementara ini kerugian material terus kami data. Hanya saja, gedung laboratorium milik Fakultas Ilmu Pertanian sudah tidak mungkin digunakan lagi, termasuk peralatan yang ada di dalamnya,” ujar Syamsu.

Hingga Selasa sore, polisi masih berjaga-jaga di dalam kampus. Kegiatan kampus pun diliburkan sampai hari Sabtu pekan ini

Sejumlah tokoh menyesalkan terjadinya tawuran tersebut, seperti sosiolog dari Universitas Negeri Gorontalo, Funco Tanipu, dan penggiat sastra dan budaya, Syam Teradjana.

Funco mendesak agar dilakukan perbaikan total di tubuh kampus supaya peristiwa serupa tidak terulang. Perbaikan tersebut antara lain sistem penerimaan mahasiswa baru, penguatan pendidikan karakter mahasiswa, serta spiritualisasi kehidupan kampus. Jika tidak dilakukan perbaikan, ia meyakini kasus tawuran akan terus terulang pada masa depan.

”Agenda jangka pendek kampus adalah menormalkan kegiatan belajar-mengajar di kampus. Adapun jangka panjangnya adalah, selain perbaikan sistem penerimaan mahasiswa baru, penguatan kapasitas dosen harus ditingkatkan. Dosen selain sebagai pengajar sekaligus sebagai pendidik mahasiswanya,” papar Funco.

Adapun penggiat sastra dan budaya di Gorontalo, Syam Teradjana, menilai budaya kekerasan, seperti tawuran, di kalangan mahasiswa adalah sebuah kemunduran. Mahasiswa sejatinya harus menjadi agen perubahan bangsa yang lebih baik, bukan justru sebaliknya. Namun, mahasiswa tidak bisa disebut sebagai biang keladi atas semua kasus ini.

”Perlu peran semua pihak, seperti orangtua mahasiswa, dosen pengajar, ataupun pimpinan universitas. Bagaimana caranya membuat iklim belajar-mengajar di kampus menjadi penuh nuansa yang beretika,” tutur Syam.

Sementara itu, Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Gorontalo Ajun Komisaris Besar Lisma Dunggio mengatakan bahwa polisi sudah memeriksa empat mahasiswa untuk dimintai keterangan. Polisi telah mengamankan barang bukti berupa enam botol bom molotov yang belum meledak, sekarung botol kaca minuman penambah tenaga, serta belasan parang dan pisau. Penyidik diminta untuk menuntaskan kasus ini selambatnya dalam waktu dua pekan.

”Dari hasil penyelidikan kami, kebakaran gedung saat tawuran terjadi disebabkan oleh lemparan bom molotov. Sementara penyelidikan terus berlangsung dan belum ada yang ditetapkan sebagai tersangka,” ucap Lisma.

Tawuran massal pecah di Universitas Negeri Gorontalo pada Senin sore dan melibatkan ratusan mahasiswa. Saat tawuran terjadi, gedung milik Fakultas Ilmu Pertanian terbakar.

Korban tawuran bertambah menjadi 11 orang, semuanya mahasiswa. Dua di antaranya dalam kondisi kritis akibat terkena sabetan pedang di bagian perut dan punggung. (APO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com