Medan, Kompas -
Kepastian kondisi 14 penumpang dan 4 awak pesawat CASA yang meninggal dunia di lokasi kejadian disampaikan Kepala Basarnas Marsekal Madya Daryatmo kepada wartawan, Sabtu
”Para penumpang masih berada di dalam pesawat dan berada di kursi,” tutur Daryatmo tentang pesawat yang dioperasikan oleh Kapten Pilot Famal Ishak dan Kopilot Budiono, engineer Nico Matulessy, serta flight operation officer B Soetopo itu. Bersama mereka ada dua penumpang bayi, dua anak-anak, dan 10 penumpang dewasa (lihat grafis manifes pesawat).
Menurut Daryatmo, pintu-pintu pesawat dalam keadaan tertutup. Namun, moncong pesawat remuk karena membentur dinding tebing dengan kemiringan 70 derajat. Sayap pesawat patah dan bagian atas pesawat juga remuk. Posisi pesawat berada di atas pohon dalam keadaan miring. ”Evakuasi menjadi sulit karena pesawat sewaktu-waktu bisa meluncur ke jurang,” katanya.
Pesawat CASA 212-200 terbang dari Bandara Internasional Polonia, Medan, Rabu (28/9) pukul 07.28 dengan tujuan Kutacane, Aceh Tenggara, Aceh. Semestinya pesawat mendarat di Bandar Udara Alas Leuser, Kutacane, pukul 08.03. Namun, 10 menit sebelum jadwal pendaratan, Air Traffic Control Bandara Polonia melaporkan pesawat
Daryatmo mengatakan, para penumpang diduga meninggal terkena impact dari benturan. ”Bayangkan, kecepatan pesawat mencapai 130 knot,” katanya.
Daryatmo memastikan bahwa evakuasi semua korban akan dilakukan melalui udara. Evakuasi melalui jalan darat dihentikan karena tim tidak bisa mencapai lokasi.
Setelah diturunkan di posko Bahorok, jenazah korban akan dibawa ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Adam Malik dan RS Bhayangkara, Medan, melalui jalan darat untuk diidentifikasi.
Dari kawasan hutan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), Aceh Tenggara, wartawan Kompas melaporkan, gabungan tim evakuasi tengah berupaya membuat helipad darurat di dekat Bukit Hulusekelem di tengah hutan TNGL, tempat pesawat CASA 212 jatuh.