Orangtua Murid Resah

AMBON, KOMPAS.com — Orangtua murid empat sekolah dasar di Silale, Kecamatan Nusaniwe, Ambon, Maluku, resah karena sudah hampir dua minggu anak-anak mereka tidak bersekolah. Ini terjadi karena gedung   sekolah tersebut digunakan untuk menampung pengungsi korban kerusuhan 11 September lalu asal Waringin, Ambon.  

Keempat SD tersebut adalah SD Negeri 30, SD Negeri 19, SD Negeri 68, dan SD Negeri 69. Empat sekolah ini berada di gedung yang sama dengan jumlah murid seluruhnya sekitar 900 orang.

Sri Sutami (45), salah satu orangtua murid, mengatakan, rencananya pekan depan kedua anaknya yang bersekolah di SD Negeri 69 akan menjalani ujian tengah semester. ”Bagaimana bisa bersiap-siap untuk ujian kalau sekolah saja belum mulai,” tuturnya.

Dia kecewa atas lambannya pemerintah mengatasi permasalahan pengungsi tersebut. Seharusnya, menurut dia, jika memang pengungsi belum bisa dipindahkan, pemerintah mencari alternatif tempat bagi anak-anak agar mereka tetap bisa belajar.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Ambon Benny Kainama mengatakan, baru besok akan dipikirkan bagaimana cara agar kegiatan belajar-mengajar di empat sekolah itu bisa segera dilakukan. Ini terjadi karena rencana relokasi pengungsi hari ini tertunda. ”Alternatif terakhir, kami akan coba cari lokasi lain agar anak-anak bisa sekolah,” ujarnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, rencana relokasi 180 keluarga pengungsi asal Waringin ke aula Telkom di Waringin hari ini tertunda karena pemerintah baru mulai menyiapkan sejumlah fasilitas bagi pengungsi di sana. Belum diketahui pasti kapan seluruh fasilitas ini siap sehingga pengungsi bisa dipindahkan.