Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Didik Itu Alumnus Sumber Kencono

Kompas.com - 17/09/2011, 04:37 WIB

Getir menghunjam dan duka mendalam mengabuti sepetak rumah berdinding anyaman bambu yang dihuni Rubiyem (38) bersama kedua putranya, Indra Rudi Prasetyawan (16) dan Arjuna Anggara Putra (11). Meski masih sangat sederhana, itulah rumah impian yang disiapkan suaminya, Didik Prayoga (41), bagi keluarganya.

Didik adalah sopir minibus yang meninggal dunia dalam tabrakan maut dengan bus Sumber Kencono di Jalan Bypass, Mojokerto, Senin (12/9) dini hari. Didik ternyata juga ”alumnus” sopir bus Sumber Kencono.

Di ruang tamu berlantai tanah, dia menggelar tikar untuk menerima para pelayat yang terus berdatangan hingga Selasa (13/9) siang. Setiap kali pelayat datang mengungkapkan rasa bela sungkawa, perempuan berkerudung itu kembali terisak. ”Saya masih tidak percaya dia pergi begitu cepat,” ujarnya.

Minggu (11/9) malam lalu, sekitar pukul 21.30, Didik berpamitan karena hendak mengambil kendaraan di rumah seorang penyewa mobil bernama Aris. Mobil itu akan digunakan untuk menjemput penumpang di Desa Bajulan, Kecamatan Loceret, Nganjuk. Ia pergi diantar anak pertamanya.

Tak seperti biasanya, kendaraan yang biasa ia pakai ternyata sedang berada di bengkel. Aris berinisiatif mencarikan mobil lain, yakni minibus Isuzu Panther. Didik kembali ke rumahnya di RT 03 RW 02 Desa Banjaranyar, Kecamatan Tanjunanom, Kabupaten Nganjuk, membawa kendaraan yang belum pernah dipakainya itu. ”Biasanya ia langsung berangkat. Tapi malam itu, ia mampir rumah, lalu berpamitan lagi,” tutur Rubiyem.

Ternyata itulah perjumpaan terakhir Rubiyem dengan suaminya. Didik pergi tanpa pesan, bahkan tidak sempat berpamitan dengan putra keduanya.

Didik yang tamatan sekolah menengah pertama ini sudah lama menjadi sopir. Seingat Rubiyem, suaminya mulai mengemudikan mobil sejak putra pertamanya duduk di kelas empat sekolah dasar, sekitar tujuh tahun silam. Ia pernah jadi sopir bus kota, truk, mobil travel, bahkan pernah menjadi sopir bus Sumber Kencono.

Hasil dari jerih payahnya itu ia tabung sehingga akhirnya bisa membeli sepetak tanah dengan luas sekitar 500 meter persegi di Banjaranyar. Di tanah itu, ia membangun rumah sedikit demi sedikit. Mulai dari membuat fondasi, memasang tiang, membuat sebuah kamar bertembok batako, dan memasang atap. Ruangan lainnya berdinding anyaman bambu.

Januari lalu, ia mengajak keluarganya pindah dari rumah kontrakan ke rumah baru yang belum jadi itu. Ia juga berencana membawa kedua mertuanya yang sudah lanjut usia tinggal di rumah itu. ”Maunya, ya membangun rumah disini, pelan-pelan. Batakonya juga dia buat sendiri, biasanya setelah selesai kerja,” ungkap Rubiyem, terisak.

Biasanya, Didik sibuk menjadi sopir travel saat Lebaran tiba. Seperti pada hari Minggu itu, ia mendapat pesanan mengantar rombongan dari Desa Bajulan ke Pelabuhan Tanjung Perak di Kota Surabaya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com