Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hujan Buatan Belum Memungkinkan

Kompas.com - 08/09/2011, 02:22 WIB

Jambi, Kompas - Hujan buatan belum memungkinkan dilakukan untuk mengatasi kebakaran lahan gambut di Jambi. Tingkat kelembaban udara masih sangat rendah dan pergerakan angin di atas normal sehingga pertumbuhan awan pencetus hujan tidak terjadi.

”Untuk mengadakan hujan buatan diperlukan kondisi kelembapan udara di atas 80 persen dan pergerakan angin rendah. Akan tetapi, saat ini kelembaban udara pada sebagian besar wilayah Jambi masih di bawah 60 persen atau cukup kering,” kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Jambi RL Tobing, Rabu (7/9).

Jika upaya penggaraman di udara tetap dilakukan, pihaknya khawatir hujan buatan mubazir karena dipastikan tidak akan muncul hujan. ”Kondisi saat ini tidak memungkinkan adanya pertumbuhan awan-awan pembentuk hujan karena kelembapan udara rendah,” ujar Tobing.

Kemarin, jarak pandang di sekitar Bandara Sultan Thaha Kota Jambi cukup pendek. Pada pukul 07.00, jarak pandang hanya 700 meter, dan baru mencapai titik aman untuk aktivitas pendaratan pesawat pada pukul 11.30, yaitu sejauh 2.000 meter.

Di Palembang, Sumatera Selatan, kabut asap terjadi meluas di sebagian besar kabupaten. Hujan buatan akan dilakukan pertengahan September. Sepekan memasuki September, jumlah titik panas meningkat. Titik panas terbanyak selama September ini pada 2 September dengan 274 titik. Pada Rabu (7/9) dini hari, titik panas berjumlah 87 buah.

”September ini adalah puncak musim kering dan puncak aktivitas pembakaran lahan untuk pertanian,” ujar Kepala UPTD Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Dinas Kehutanan Sumsel Achmad Taufik.

Cuaca kering

Sekitar 62 hektar kawasan konservasi hutan Ijen di perbatasan Banyuwangi dan Bondowoso, Jawa Timur, terbakar. Api juga melalap sekitar 100 hektar hutan di Taman Nasional Gunung Ciremai, Jawa Barat.

Kebakaran hutan di Ijen, menurut Kepala Seksi Balai Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah V Banyuwangi Budi Utomo, muncul di dua tempat yang berbeda, yakni di hutan pinus Banyupait, Bondowoso, seluas 2 hektar, dan di utara Gunung Merapi di Banyuwangi yang berupa semak. Kemunculan api terdeteksi sejak Sabtu (3/9) dan baru Rabu (7/9) berhasil dipadamkan.

Kondisi itu diperparah dengan cuaca yang kering dan angin kencang. Kobaran api di semak cepat meluas.

Kawasan Ijen merupakan hutan penyangga mata air di Banyuwangi, Situbondo, dan Bondowoso. Kawasan hutan Ciremai jadi penyangga utama kelestarian mata air di pantura. Ada 150 titik mata air di kawasan tersebut.

Hutan semak belukar di sekitar Gunung Guntur, Kabupaten Garut, Jawa Barat, berhasil dipadamkan sekitar pukul 02.00. Penyebab kebakaran di dalam Hutan Cagar Alam Kamojang ini masih diselidiki Badan Konservasi dan Sumber Daya Alam Kabupaten Garut.

Kebakaran hutan di Blok Citiis, Blok Sereh Jawa, dan Blok Babalongan, terjadi Selasa (6/9) sekitar pukul 11.00. Api membakar semak belukar di lahan 50 hektar yang berada sekitar empat kilometer dari pemukiman warga terdekat. Sulitnya sarana transportasi menuju tempat kejadian membuat kebakaran baru bisa dipadamkan Rabu (7/9) pukul 02.00. (ITA/NIT/CHE/IRE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com