Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ribuan Orang Hadiri Tradisi Pukul Sapu

Kompas.com - 07/09/2011, 20:11 WIB

AMBON,KOMPAS.com - Ribuan orang memadati pelataran Masjid Besar Desa Morella dan Desa Mamala, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, Rabu (7/9/2011), untuk menonton tradisi pukul sapu. Tradisi digelar di dua desa bertetangga itu, meski keduanya memiliki makna yang berbeda.  

Tidak hanya warga Morella dan Mamala yang menyaksikan tradisi yang digelar sekali setahun pada 7 syawal itu , tetapi juga warga dari desa lain, bahkan dari Kota Ambon yang berjarak sekitar 40 kilometer dari Morella dan Mamala. Mereka berdatangan sejak pukul 14.00 WIT, meskipun acara pukul sapu di kedua desa baru dimulai pukul 16.00 WIT.

Tradisi di kedua desa ini disebut pukul sapu, karena atraksi sejumlah pria berbadan kekar yang saling menyabetkan lidi enau ke bagian badan. Sabetan lidi ini membuat darah keluar dari kulit yang sobek. Atraksi berlangsung sekitar 30 menit.

Yang berbeda dari tradisi di kedua desa itu , salah satunya adalah cara penyembuhan luka sabetan. Di Morella luka disembuhkan dengan getah jarak, sedangkan di Mamala luka disembuhkan dengan minyak tasala atau minyak kelapa yang dimasak dan dicampur dengan pala dan cengkeh.  

Selain cara penyembuhan, makna dari tradisi pukul sapu di kedua desa pun berbeda.

Raja Morella, Akib Latukau, mengatakan, tradisi digelar untuk mengenang perjuangan Kapitan Telukabessy yang melawan VOC dari tahun 1637 -1646. Pukul sapu atau pukul lidi enau itu dilakukan oleh pasukan Telukabessy setelah dia dihukum mati VOC, sebagai cara mereka melampiaskan amarah.

Sementara Raja Mamala, Abdullah Malawat, mengatakan, tradisi digelar untuk mengenang pembuatan masjid tua di Mamala pada tahun 1646. Saat itu , tiang-tiang masjid hanya disambung dengan minyak tasala yang kemudian dibungkus kain putih, dan doa-doa secara Islam oleh pemuka adat dari marga Tuni. Saat itu pula warga Mamala tahu minyak tasala bermanfaat pula untuk pengobatan, seperti menyembuhkan luka ringan dan patah tulang.

"Ini juga sebagai ucapan syukur, karena saat itulah warga menemukan minyak tasala," ujar Abdullah.

Kepala Dinas Pendidikan Maluku, Salim Kairoty, saat membuka acara tradisi pukul sapu di Morella, mengatakan, tradisi pukul sapu dengan dua makna yang berbeda justru semakin memperkaya budaya Maluku. Karena itu, perbedaan diharapkan tidak justru membuat perselisihan tetapi menciptakan harmoni hubungan antar warga.

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com